Tuesday, October 17, 2023

ASPEK TEKNIS KARYA TULIS ILIMIAH AKADEMIS

      Sebagai sebuah karya tulis, tulisan ilmiah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni 1) tulisan ilmiah populer; dan 2) tulisan ilmiah akademis. Kesamaan kedua bentuk tersebut terletak pada sifat kajiannnya dengan menggunakan penalaran ilmiah yang bercirikan objetif dan rasional. Perbedaan keduanya terletak pada format, media, dan tulisannya. Tulisan ilmiah populer dikemas secara populer sesuai dengan karakter media dan selera pembaca yang boleh dikatakan tanpa menggunakan konvensi akademis. Sisi konvensi ilmiah tidak demikian penting sebab misinya adalah memasyarakatkan keilmiahan suatu ilmu melaui media yang digunakan. Sedangkan tulisan ilmiah akademis mempunyai visi dan misi kebenaran ilmiah serta memajukan ilmu pengetahuan demi kehidupan semakin keberadaban dan kemartabatan kehidupan manusia. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah akademis mempunyai kriteria-kriteria normatif sebagai bentuk kesepakatan yang digunakan sebagai acuan. Berdasarkan hal tersebut, format karya tulis ilmiah akademis mempunyai keterikatan konvensi-konvensi akademis sesuai dengan yang diberlakukan.

         Format tulisan ilmiah akdemis sekuarang-kurangnya harus memperhatikan hal-hal berikut, yakni: 1) sistem penomoran; 2) sistem pengutipan; 3) sistem penulisan catatan kaki; dan 4) sistem penulisan daftar pustaka/bibliografi.

1. Sistem penomoran

       Dalam sistem penulisan ilmiah akademis dikenal empat sistem penomoran, yaitu 1) sistem angka Romawi-Arab; 2) sistem angka dan huruf; 3) sistem desimal; dan 4) sistem Romawi-Arab-Latin. Pertimbangan penggunaan sistem tersebut sangat bergantung pada aspek kepentingan dan kesepakatannya. Walaupun begitu, konsistensi (keajegan) sistem harus benar-benar diperhatikan sehingga satu karya tulis ilmiah akademis cukup menggunakan satu sistem penomoran dari awal hingga akhir karya tulis ilmiah tersebut. Fungsinya untuk mempertahankan agar sistematika tulisannya tetap dan mencerminkan pola penalaran yang teratur.

1.1 Sistem angka Romawi-Arab

I. …………………………………………
   1. …………………………………………..
     (1) ………………………………………
     (2) ………………………………………
   2. ……………………………………………
     (1) …………………………………..
     (2) …………………………………..

II. ………………………………………
 1. ………………………………..
 2. ……………………………….
dan seterusnya



1.2 Sistem angka-huruf

1. ………………………………

  A ………………………….
    (1) ………………….
    (2) …………………….
    (3) …………………….
         (a)…………………….
         (b)………………………
  B. …………………….
    (1) …………………
    (2) …………………
2. ……………………………

 A.……………………
 B.…………………………
    (1) …………………………
    (2) …………………………

dan seterusnya

1.3 Sistem desimal

1. ……….………………
   1.1 …………………..
   1.2 ………………….
2. ……………………….
   2.1 ………………….
   2.2 …………………..
         2.2.1 ………….
         2.2.2 …………...
dan seterusnya.

1.4 Sistem Romawi-Arab-Latin

I …………………………………….
   A. …………………….
      1. ……………………
        a. ………………………
           1) …………………….
           2) ………………………
               a) …………………….
               b) ……………………
                   (1) …………………
                        (a) ……………….
                        (b) ……………….
II. ………………………………………….
dan seterusnya.


2. Sistem pengutipan

        Pengutipan merupakan penulisan kembali pendapat atau hasil karya tulis peneliti lain. Pengutipan ini dapat dilakukan melalui dua cara, yakni 1) cara langsung; 2) cara tak langsung. Tiap-tiap cara memiliki konvensi yangh berbeda. Konvensi tertsebut berfungsi untuk menjaga kejujuran akademis di samping aspek kode etik ilmiahnya. Oleh karena itu seorang penulis harus tetap mencantumkan sumber asal pendapat yang dikutipn dalam karya tulisnya sehingga tidak melanggar intelectual property right. Pencantuman sumber tulisan juga mencerminkan kerendahan hati penulis sebab beliau telah mengakui secara jujur bahwa konsep tersebut telah dikemukakan oleh pihak lain sebelumnya. Dengan demikian, penulis kelihatan memiliki pengetahuan dan referensi yang luas sebelum menentukan pengembangan berikutnya.

2.1 Kutipan cara langsung

         Teknik kutipan ini memiliki dua pola, yaitu 1) kutipan langsung panjang; dan 2) kutipan langsung pendek. Kedua cara itu menggunakan format yang berbeda.

2.1.1 Kutipan langsung panjang

         Kutipan langsung panjang ini ditulis persis sama dengan aslinya, menyangkut orisinalitas kata dan sistem ejaannya. Kutipan semacam ini biasanya diperlukan untuk mengutip rumus, peraturan hukum, surat keputusan, definisi, konsep, dan lain-lain. Kutipan langsung disebut panjang bila melebihi tiga baris teknis penulisannya. Kutipan langsung diketik dengan format ukuran huruf (size) si bawah standar. Jarak antarbaris cukup spasi 1 (satu). Kutipan diketik berjarak dengan margin kiri dan kanan sebagaimana batas paragraf baru atau berjarak karakter ganjil (7, 9, 11, dst.).
Di akhir kutipan dicantumkan sumber kutipan dalam catatan punggung yang berisi nama pengarang (unsur trakhir nama jika lebih dari satu kata), tahun penerbitan sumber, dan halaman dimuatnya tulisan di sumber tersebut. Secara teknis catatan punggung diketik di bagian kanan bawah kutipan, berjarak dua spasi dengan baris di atas dan di bawahnya.

Contoh:

         Membaca adalah suatu hal yang amat penting bagi kehidupan manusia, yang bak dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Membaca, khususnya yang dilaksanakan di sekolah, merupakan tanggung jawab seluruh kurikulum yang ada di sekolah tersebut. Akan tetapi kebanyakan sekolah menganggap bahwa pengajaran merupakan tugas kedua, yang hanya merupakan tambahan. Menurut cara pandang ini, membaca itu penting, tetapi hanya merupakan alat bantu dalam pengajaran bidang tertentu.

                                                                                                                        (Tarigan, 1989: 27)
2.1.2 Kutipan langsung pendek

        Kutipan langsung pendek panjangnya tidak lebih dari tiga baris, ditulis terpadu dengan kalimat-kalimat uraian penulis, ditandai dengan apitan tanda kutip (“….”). Penulisan kutipan langsung yang pendek ini juga disertai catatan punggung.

2.2 Kutipan Tidak Langsung

       Kutipan tidak langsung merupakan uraian penulis dengan kata-katanya sendiri yang didasarkan pada konsep/pendapat atau hasil karya peneliti lain. Meskipun dmikian, penulis tidak memasukkan pendapat subjektifnya ke dalam kutipan tersebut. Kutipan tidak langsung ditulis tanpa tanda kutip sebagai apitan. Sedangkan pencantuman sumber dapat dilakukan melalui dua cara, yakni 1)sumber dapat dicantumkan dalam catatan kaki (foot note), dan 2) sumber dapat langsung disebut di awal kutipan.

Contoh:
        Dengan atau tanpa prinsip etis, oleh salah satu penganjur neo-liberalisme, Theodore Levit (1958) dikatakan bahwa kinerja bisnis memang harus bertarung seperti dalam perang; sebagai perang yang efektif, bisnis harus dijalankan dengan berani dan, yang terpenting, bukan bukan secara moral (not morality). Lalu apa moralitas bisnis? Seorang ekonom neo-liberal lain, Milton Friedman (1962) mengatakan bahwa satu dan hanya satu tangung jawab bisnis, yaitu mengerahkan seluruh sumber dayanya untuk akumulasi laba.

3. Catatan Kaki

Catatan kaki adalah catatan yang terletak di kaki halaman tulisan ilmiah akademis. Catatan kaki berfungsi memberikan penjelasan lebih lanjut atau membandingkan uraian yang dibuat terhadap persoalan tertentu yang ada di tubuh karangan dengan tulisan atau uraian penulis lain yang membahas persoalan yang sama. Catatan kaki ditulis dengan nomor urut dari awal sampai akhir tulisan agar mudah memberi keterangan dan melacak buku sumber yang dikutipnya. Karena itu catatan kaki juga memiliki konvensi-konvensi tertentu yang harus dikuasai oleh seorang peneliti.

3.1 Pedoman Penulisan Catatan Kaki

3.1.1 Catatan kaki ditulis di bagian bawah (kaki) halaman dengan garis pemisah antara tubuh dan         catatan kaki sekitar 2 x 2 spasi.
3.1.2 Catatan kaki ditulis mulai dari ketikan kedelapan dari margin kiri dan baris seanjutnya dimulai   dari ketukan pertama.
3.1.3 Jarak antabaris dalam satu catatan kaki adalah satu spasi, sedangkan jarak antarcatatan kaki dua   spasi.

Catatan: konvensi di atas hanya diterapkan jika kita mengunakan ketik manual, sedangkan bila menggunakan sistem komputer kita tinggal mengaplikasikan program yang sudah ada.

3.2 Istilah-Istilah dalam Catatan Kaki

      Penulisan catatan kaki memiliki sistematika tertentu dan singkatan-singkatan yang
digunakan untuk menghindari pengulangan penulisan sumber yang sama. Sistematika dan istilah-istilah itu dapat dipaparkan sebagai berikut.

      Catatan kaki terdiri atas unsur-unsur yang disusun secara sistematis dan diterapkan secara konsisten. Unsur-unsur catatan kaki adalah: nama pengarang ; judul buku; kota penerbit; tahun terbit, tanda kurung; halaman kutipan; dan tanda titik serta tanda titik dua. Tiap-tiap unsur itu wajib diletakkan pada tempatnya, sesuai dengan konvensi resmi penulisan catatan kaki dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

3.3 Singkatan-Singkatan dalam Catatan Kaki

    Ada beberapa istilah yang disingkat dalam catatan kaki, yaitu: Ibid.; Op. Cit.; dan Loc. Cit.. Singkatan-singkatan itu dapat diterapkan berdasarkan penjelasan berikut.

3.3.1 Ibid.

        Singkatan ini berasal dari bahasa Latin: Ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Singkatan ini dipakai jika kita menuliskan sumber catatan kaki urutan kedua atau berikutnya yang berasal dari sumber yang sama dengan catatan kaki pertama serta tidak diselingi oleh catatan kaki lain yang menggunakan sumber berbeda. Penulisan Ibid. harus disertai dengan nomor halaman bila kutipannya berasal dari halaman yang berbeda dengan halaman sumber di atasnya.

3.3.2 Op. Cit.

    Singkatan ini berasal dari bahasa Latin: Opere Citato yang berarti dalam karya yang dikutip terdahulu. Op. Cit. dipakai untuk menuliskan sumber kutipan catatan kaki dari buku yang pernah dikutip, lalu dikutip lagi, tetapi diselingi oleh satu sumber kutipan lain. Penulisan Op. Cit. dilakukan dengan mencantumkan: nama pengarang, Op. Cit., dan nomor halaman bila halamannya berbeda dengan halaman sumber yang pernah dikutip itu.

3.3.3 Loc. Cit.

Singkatan ini berasal dari bahasa Latin: Loco Citato yang berarti pada tempat yang pernah disebut. Loc. Cit. dipakai untuk menuliskan sumber kutipan catatan kaki yang sama dengan di atasnya, tetapi diselingi oleh lebih dari satu sumber lain dengan sumber yang dikutipnya. Penulisan Loc. Cit. sama dengan penulisan Op. Cit., yaitu dengan mencantumkan nama pengarang, Loc. Cit., dan nomor halaman bila halaman yang dikutip itu berbeda dengan nomor halaman kutipan sebelumnya.

3.3.4 Contoh Penerapan Catatan Kaki

       1 Hubert M. Blalock Jr.. Pengantar Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), halaman 20.

    2 J. Vredenbergt. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1983), halaman 50.

      3 Ibid.

      4 Ibid., halaman 51.

      5 Hubert M. Blalock Jr.. Op. Cit., halaman 21.

      6 A.B. Shah. Metodologi Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1987), halaman 32.

      7 B.S. Mardiatmadja. Tantangan Dunia Pendidikan (Yogyakarta: Kanisius, 1986), halaman 10.

      8 Hubert M. Blalock Jr.. Loc. Cit., halaman 22.

      9 B.S. Mardiatmadja, Op. Cit.

     10 Ibid., halaman 12.


4. Daftar Pustaka

         Daftar pustaka atau bibliografi berfungsi untuk memberikan data deskriptif acuan sumber-sumber tertulis secara lengkap yang digunakan penulis dalam mengolah suatu karya tulis. Daftar pustaka ditulis berdasarkan konvensi tertentu yang digunakan secara konsisten.

4.1 Pedoman Penulisan Daftar Pustaka

4.1.1 Daftar pustaka ditulis di bagian akhir suatu karya tulis atau karangan ilmiah.
4.1.2 Daftar psutaka ditulis mulai tepat di batas margin kiri, sedangkan baris selanjutnya -jika tidak                 cukup dalam satu baris- dimulai dari ketukan kesepuluh.
4.1.3 Jarak antarbaris dalam satu sumber adalah satu spasi.
4.1.4 Jarak antarsumber daftar pustaka adalah dua spasi.
4.1.5 Semua gelar (gelar akademis, gelar kebangsawanan, gelar keagamaan) tidak perlu ditulis.
4.1.6 Jika nama pengarang terdiri lebih dari satu kata, penulisannya diumulai dari nama belakang,                 diikuti nama pertama dan seterusnya. Antara nama belakang dengan unsur nama depan diberi                  tanda   koma.

Misalnya:
Andrias Harefa -> Harefa, Andrias
I Made Sukada -> Sukada, I Made
Todung Mulya Lubis -> Lubis, Todung Mulya

4.1.7  Jika pengarang buku terdiri dua-tiga orang penulis, nama pengarang kedua dan ketiga tidak perlu             dibalik atau cukup ditulis seperti aslinya tanpa gelar.
4.1.8   Jika pengarang buku terdiri atas empat orang atau lebih, cukup ditulis nama pengarang pertama               sesuai dengan konvensi, kemudian diberi keterangan dkk. (dan kawan-kawan) atau et al. (et alii).
4.1.9   Daftar pustaka yang berasal dari surat kabar, majalah, atau ensiklopedi, memiliki konvensi yang              sedikit berbeda.
4.1.10 Sitematika penulisan daftar pustaka adalah nama pengarang, tahun terbit buku, judul buku,                      (jilid), (cetakan ke…), kota penerbit, dan penerbit.
4.1.11 Di antara unsur-unsur tersebut diberi tanda titik, kecuali antara kota dan penerbit diberi tanda                 titik dua.
4.1.12 Penulisan daftar pustaka tidak menggunakan nomor urut, tetapi disusun berdasarkan urutan                     abjad   nama pengarang setelah diolah atau diproses.

4.2 Contoh penulisan daftar pustaka

4.2.1 Sumber buku

Alisjhabana, Sutan Takdir. 1956. Sedjarah Bahasa Indonesia. Djakarta: Pustaka Rakyat.

Kridalaksana, Harimurti. 1971. Seminar Bahasa Indonesia 1968. Flores: Nusa Indah.

Mees, C.A. 1953. Tatabahasa Indonesia. Bandung: G. Kolff & Co.

Rosidi, Ajib. 1969. Ichtisar Sedjarah Sastra Indonesia. Djakarta: Binatjipta.

Soewandi, A.M. Slamet. 1989. Tingkat Kedwibahasaan Jawa-Indonesia dan Hubungannya dengan                 Prestasi Belajar Murid-murid Sekolah Dasar. Malang: Fakultas Pasca-Sarjana IKIP Malang.

4.2.2 Sumber Majalah

Parera, J.D., “Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah Dilihat dari Segi Sosiopolitikolinguistik”. Analisis          Kebudayaan. Depdikbud Tahun IV-No. 3 1983/1984.

Mangunwijaya, J.B.. "Nafas Kehidupan Demokrasi Alami Erosi Menyedihkan”. Basis, 12 Agustus               1995.

4.2.3 Sumber Surat Kabar

Prasetyantono, A. Tony. “Rupiah Menguat, Dollar Melemah”. Kompas, 3 Juni 2002.

Nurachman, Zeily. “Pendekatan Baru Atasi Trombosis”. Kompas, 4 Juni 2002.

4.2.4 Sumber Jejaring

"Aspek Teknis Karya Tulis Ilmiah Akademis" karya Kasdi Haryanta dalam http://kasdiharyanta-                     kasdih.blogspot.com, diakses 13 Januari 2021, pukul 21.16 WIB.

Bangau, Agustus 2021

Monday, July 26, 2010

Prinsip Metodologi Penelitian Ilmiah

Sumber: berbagai jaringan yang tersurat
           
Jika seorang berbicara tentang cara seorang peneliti melakukan percobaan lapangan, dimana dalam menentukan plot di lapangan, ia pertama-tama membagi daerah dalam 4 (empat) buah blok. Kemudian blok-blok tersebut dibagi 4 (empat). Diteruskan dengan memberikan perlakuan pada masing-masing blok tersebut, dan seterusnya. Maka yang dibicarakan di sini adalah Prosedur Penelitian. Jika kita membicarakan bagaimana secara berurut suatu penelitian dilakukan yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan, maka yang dibicarakan adalah Metode Penelitian.
            Berikut ini kutipan beberapa prinsip metodologi dari Titin Supenti dalam Sukses Membuat Proposal .
(http://supermahasiswa.multiply.com/journal/item/5/Sukses_Membuat_Proposal_Penelitian).

Prinsip Metodologi
Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji perihal urutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatarbelakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah pendirian atau sikap yang akan dikembangkan para ilmuwan maupun peneliti di dalam kegiatan ilmiah mereka.
Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, diantaranya:

A. Rene Descartes
Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam ) prinsip metodologi yaitu:
Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang. Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.   
Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu: (1) Jangan pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan anda lebih dari pada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi, (2) Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk  mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.(3) Arahkan pemikiran anda secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan diantara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru. (4) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan. (5)Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.
Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut: (1) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak. (2) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling meragukan. (3) Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada merombak tatanan dunia.
Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan segala sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang dalam keadaan ragu-ragu.
Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh. Jiwa manusia itu abadi.

B. Alfred Julesayer
Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:
Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan.  Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna. Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun

C. Karl Raimund Popper
K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut: Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir.
Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat.
Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan (observasi) secara teliti gejala (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan (justifikasi) akan berubah menjadi hukum.
K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris. K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip FALSIFABILITAS, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh (CORROBORATION). Akhirnya, semoga peristiwa mengarang indah seperti yang saya lamunkan dapat dihindari dan sekelumit eceran informasi ini bisa mengisi penelitian yang benar indah.


Rencana Kerja Penulisan Proposal Skripsi

#1“Printer yang jebol gara-gara ngeprint terlalu banyak, hardisk yang ikut-ikutan jebol, sulit ketemu dosen, dicorat-coret dan dikasih catatan disana-sini hingga ditolak bimbingan sampai 2 bulan tanpa alasan.” Sering kali dirasakan setiap mahasiswa yang lagi menyusun skripsi.

#2 “Menulis skripsi itu mudah. Betul sekali jika ada yang memiliki pendapat itu. Mengapa mudah? Karena prinsip tulis menulis karya ilmiah relatif sama dengan prinsip ketika kita belajar mengarang di SD. Hanya saja penulisan skripsi menuntut persyaratan keakuratan dan pengolahan data yang relatif ketat, di mana untuk memenuhinya...sang mahasiswa dituntut untuk rajin browsing dan belajar baik dari perpustakaan, internet, atau sumber lain. Selain itu, secara teknis tidak ada masalah lain.”
Ada juga yang berani bilang seperti itu...
Na sekarang kita ikuti yang kedua supaya tidak yang terjadi pengalaman seperti yang pertama. Saran saya hendaknya penulis menggunakan jadwal penulisan proposal/skripsi. Sangat baik jika jadwal tersebut juga diberikan kepada dosen pembimbing, dengan begitu akan sama-sama tahu dan akan mengondisikan semua kegiatan berlangsung dengan baik dan lancar.
            Di bawah ini contoh jadwal proposal. Silahkan dimodifikasi sendiri sesuai dengan selera.

RENCANA KERJA PENULISAN PROPOSAL
Bulan
Minggu ke
Kegiatan yang dikerjakan
Realisasi

I
Menentukan topik
 
II
Menentukan topik
 
III
Konsultasi topik
 
IV
Revisi topik dan penulisan latar belakang
 

I
Merumuskan masalah dan tujuan penelitian
 
II
Merumuskan Hipotesis (jika ada)
Merumuskan Manfaat penelitian teoritis;
praktis                           
 
III
Konsultasi Hipotesis (jika ada) dan Manfaat penelitian teoritis dan praktis
 
IV
Menulis Asumsi Penelitian (jika diperlukan);
Menulis Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian; dan Definisi Istilah atau Definisi Operasional (jika diperlukan)
 

I
Konsultasi Asumsi Penelitian, Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian; dan Definisi Istilah atau Definisi Operasional
 
II
Merancang kepustakaan
Merumuskan Metodologi penelitian
 
III
Konsultasi kepustakaan dan Metodologi penelitian
 
IV
Menulis pustaka acuan
 

I
Draf proposal siap diseminarkan
 
II
Seminar Proposal
 
III
Merevisi proposal
 
IV
proposal yang telah direvisi siap ditindaklanjuti
 


Proposal Penelitian Kualitatif (Skripsi)
Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.

6.   Metode Penelitian
Bab ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang menyangkut pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian. 

a.   Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada bagian II peneliti perlu menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dan menyertakan alasan-alasan singkat mengapa pendekatan ini digunakan. Selain itu juga dikemukakan orientasi teoretik, yaitu landasan berfikir untuk memahami makna suatu gejala, misalnya fenomenologis, interaksi simbolik, kebudayaan, etnometodologis, atau kritik seni (hermeneutik). Peneliti juga perlu mengemukakan jenis penelitian yang digunakan apakah etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif, ekologis, partisipatoris, penelitian tindakan, atau penelitian kelas.

b.  Kehadiran Peneliti
Dalam bagian ini perlu disebutkan bahwa peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen selain manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti ini harus dilukiskan secara eksplisit dalam laopran penelitian. Perlu dijelaskan apakah peran peneliti sebagai partisipan penuh, pengamat partisipan, atau pengamat penuh. Di samping itu perlu disebutkan apakah kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan.

c.  Lokasi Penelitian
Uraian lokasi penelitian diisi dengan identifikasi karakteristik lokasi dan alasan memilih lokasi serta bagaimana peneliti memasuki lokasi tersebut. Lokasi hendaknya diuraikan secara jelas, misalnya letak geografis, bangunan fisik (jika perlu disertakan peta lokasi), struktur organisasi, program, dan suasana sehari-hari. Pemilihan lokasi harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian dengan topik yang dipilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan menemukan hal-hal yang bermakna dan baru. Peneliti kurang tepat jika megutarakan alasan-alasan seperti dekat dengan rumah peneliti, peneliti pernah bekerja di situ, atau peneliti telah mengenal orang-orang kunci.

d.  Sumber Data
Pada bagian ini dilaporkan jenis data, sumber data, da teknik penjaringan data dengan keterangan yang memadai. Uraian tersebut meliputi data apa saja yang dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya, siapa yang dijadikan subjek dan informan penelitian, bagaimana ciri-ciri subjek dan informan itu, dan dengan cara bagaimana data dijaring, sehingga kredibilitasnya dapat dijamin. Misalnya data dijaring dari informan yang dipilih dengan teknik bola salju (snowball sampling).
Istilah pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif harus digunakan dengan penuh kehati-hatian. Dalam penelitian kualitatif tujuan pengambilan sampel adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin, bukan untuk melakukan rampatan (generalisasi). Pengambilan sampel dikenakan pada situasi, subjek, informan, dan waktu.

e. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam bagian ini diuraikan teknik pengumpulan data yang digunakan, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Terdapat dua dimensi rekaman data: fidelitas da struktur. Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata dari lapangan disajikan (rekaman audio atau video memiliki fidelitas tinggi, sedangkan catatan lapangan memiliki fidelitas kurang). Dimensi struktur menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Hal-hal yang menyangkut jenis rekaman, format ringkasan rekaman data, dan prosedur perekaman diuraikan pada bagian ini. Selain itu dikemukakan cara-cara untuk memastikan keabsahan data dengan triangulasi dan waktu yang diperlukan dalam pengumpulan data.

f. Analisis Data
Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain, analisis taksonomis, analisis komponensial, dan analisis tema. Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan statistik nonparametrik, logika, etika, atau estetika. Dalam uraian tentang analisis data ini supaya diberikan contoh yang operasional, misalnya matriks dan logika. (lihat analisis )

g. Pengecekan Keabsahan Temuan
Bagian ini memuat uraian tentang usaha-usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan temuannya. Agar diperoleh temuan dan interpretasi yang absah, maka perlu diteliti kredibilitasnya dengan mengunakan teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi(menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, teori), pembahasan sejawat, analisis kasus negatif, pelacakan kesesuaian hasil, dan pengecekan anggota. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan dapat-tidaknya ditransfer ke latar lain (transferrability), ketergantungan pada konteksnya (dependability), dan dapat-tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya (confirmability) .

h. Tahap-tahap Penelitian
Bagian ini menguraikann proses pelaksanaan penelitian mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya, sampai pada penulisan laporan.


PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Penelitian dan pengembangan atau lit-bang (Bahasa Inggris: Research and Development, R and D, atau R&D) adalah kegiatan penelitian dan pengembangan, dan memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan riset ilmiah murni dan pengembangan aplikatif di bidang teknologi. R&D atau litbang ini memegang peranan penting dan menjadi indikator kemajuan dari suatu negara. Untuk tahun 2006, tiga negara dengan pengeluaran dan budget litbang terbesar adalah Amerika Serikat (AS$330 bilyun), Tiongkok (AS$136 bilyun), dan Jepang (AS$130 bilyun) [1].
Aktivitas litbang biasanya dilakukan oleh suatu unit, lembaga atau pusat khusus yang dimiliki oleh suatu perusahaan, perguruan tinggi, atau lembaga negara. Dalam konteks bisnis, "penelitian dan pengembangan" biasanya merujuk pada aktivitas yang berorientasi ke masa yang akan datang dan untuk jangka panjang baik dalam bidang ilmu maupun dalam bidang teknologi. Metode yang dipakai dalam kegiatan litbang biasanya menggunakan teknik riset ilmiah yang standar tanpa mengharapkan hasil yang pasti (bentuk riset ilmiah murni) atau untuk mendapatkan prakiraan hasil yang mempunyai nilai komersial dalam waktu dekat. Bentuk riset (penelitian) yang murni biasanya dihasilkan oleh lembaga penelitian seperti BATAN, LIPI, LAPAN, dll. Sementara bentuk pengembangan dari hasil riset yang bersifat praktis bisa dilakukan oleh BPPT dan Pusat Litbang yang ada di masing-masing departemen pemerintah maupun perusahaan.

Format Proposal Kajian Pustaka
1.   Latar Belakang Masalah
Bagian ini berisi uraian atau gambaran umum yang dapat diperoleh dari koran, majalah, buku, jurnal, laporan penelitian, seminar, atau keadaan lapangan mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
Gambaran umum ini dapat bersifat mendukung atau menunjang pendapat peneliti atau pun bersifat tidak mendukung atau menolak harapan peneliti. Selain itu juga dipaparkan uraian pemantapan terhadap pemahaman masalah, misalnya mengapa masalah yang dikemukakan dipandang menarik, penting, dan perlu ditelaah.

2.   Rumusan Masalah
Bagian ini merupakan pengembangan dari uraian latar belakang masalah yang menunjukkan bahwa masalah yang akan ditelaah memang belum terjawab atau belum dipecahkan secara memuaskan. Uraian tersebut didukung berbagai publikasi yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, yang mencakup aspek yang dikaji, konsep-konsep yang berkaitan dengan hal yang akan ditulis, dan teori yang melandasi kajian. Pembahasan ini hanya berisi uraian yang memang relevan dengan masalah yang akan dikaji serta disajikan secara sistematis dan terpadu.
Selanjutnya dituliskan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui telaah pustaka (dalam bentuk kalimat tanya), yang memuat variabel/hubungan antarvariabel yang akan dikaji. Kata tanya yang digunakan berupa apa, mengapa, bagaimana, sejauh mana, kapan, siapa, dan sebagainya bergantung pada ruang lingkup masalah yang akan dibahas.

3.   Tujuan Penelitian
Bagian ini memberikan gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh adalah mengkaji kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang studi untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana usaha mereka untuk meneliti dan menemukan apa yang sekarang dianggap sebagai hal yang biasa saja. 

4.    Kegunaan Penelitian
Bagian ini memberikan gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh adalah mengkaji kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang studi untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana usaha mereka untuk meneliti dan menemukan apa yang sekarang dianggap sebagai hal yang biasa saja.

5.   Metode Kajian
Metode kajian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini dapat dimuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar atau fakta-fakta yang dipandang benar tanpa adanya verifikasi dan keterbatasan, yaitu aspek-aspek tertentu yang dijadikan kerangka berpikir. Selanjutnya dilakukan analisis masalah dan variabel yang terdapat dalam judul kajian. Analisis masalah menghasilkan variabel dan hubungan antarvariabel. Selanjutnya dilakukan analisis variabel dengan mengajukan pertanyaan mengenai masing-masing variabel dan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antarvariabel. Analisis ini diperlukan untuk menyusun alur berpikir dalam memecahkan masalah.
Perlu ditekankan bahwa tulisan tentang metode kajian hendaknya didasarkan atas kajian teori dan khasanah ilmu, yaitu paradigma, teori, konsep, prinsip,hukum, postulat, dan asumsi keilmuan yang relevan dengan masalah yang dibahas.

Definisi Istilah
Proposal Penelitian Kuantitatif (Skripsi)

Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.

Format Proposal Penelitian Kuantitatif
1. Latar Belakang Masalah
    Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (lihat pendahuluan )
 
2. Rumusan Masalah
    Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika?. (Tips membuat rumusan masalah )

3. Tujuan Penelitian
    Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.


4. Hipotesis Penelitian (jika ada)
    Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kluantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif. Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis penelitian dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, maka di dalam latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan dalam bentuknya yang ringkas.
    Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, melainkan telah ditunjukan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Contoh: Ada hubungan positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.
    Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa SMP yang tingkat kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam matapelajaran Matematika dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.

5. Kegunaan Penelitian
    Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.

6. Asumsi Penelitian (jika diperlukan)
    Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian.

7. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
    Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan.

8. Definisi Istilah atau Definisi Operasional
    Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penegasan istilah tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah lebih dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti.
    Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat  diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatui variabel. Contoh definisi operasional dari variabel “prestasi aritmatika” adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal. Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu, penyusunan definisi operasional memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. (Lihat Glossary)

9. Metode Penelitian
    Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.

a. Rancangan Penelitian
    Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survai, atau penelitian historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut. (Lihat beberapa kesalahan dalam desain penelitiian)

b. Populasi dan Sampel
    Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.

c. Instrumen penelitian
    Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrument penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan-pernyataan. Untuk alat dan bahan harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai.
    Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan.

d. Pengumpulan Data
    Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.

e. Analisis Data
    Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrikdan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu.
    Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows. 

10. Landasan
    Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan dalam Landasan Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis dan disertasi, teori yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga teori yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan Bab I.
            Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian.
Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi, berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.

11. Daftar Rujukan

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2. tahun penerbitan 3. judul, termasuk subjudul 4. kota tempat penerbitan, dan 5. nama penerbit.
Bagian ini memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan agar terdapat kesamaan penafsiran dan terhindar dari kekaburan. Bagian ini juga memberikan keterangan rinci pada bagian-bagian yang memerlukan uraian, misalnya alat peraga, sekolah, alat ukur, lokasi atau tempat, nilai, sikap, penghasilan, keadaan atau kondisi, keadaan sosial ekonomi, status, dan sebagainya.

7.  Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan.
Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi:
1.      nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik,
2.      tahun penerbitan
3.      judul, termasuk subjudul
4.      kota tempat penerbitan, dan
5.      nama penerbit.

MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN

Sumber: http://sehatihsan.blogspot.com/2008/06/bagaimana-menyusun-proposal-penelitian.html


1.    Pendahuluan
Salah satu kesulitan yang dialami mahasiswa baik S1 maupun pascasarjana yang hendak menyelesaikan pendidikannya adalah membuat karya akhir (dikenal dengan skripsi untuk S1 dan tesis untuk S2). Maka tidak heran kalau banyak mahasiswa yang mampu menyelesaikan mata kuliah tepat waktu (3,5 tahun) namun butuh waktu yang sama untuk menulis enam puluhan halaman dua spasi untuk skripsi atau tesis. Terlihat mereka stres dengan sulitnya menyusun karya ilmiah yang satu ini sehingga tidak jarang kalau ada di antara mahasiswa “nakal” yang mengupah membuat karya akhir kepada orang lain agar ia terbebas dari kesulitan tersebut.
Kesulitan melakukan penelitian bukan hanya pada praktik penelitian itu sendiri, namun dimulai sejak mengidentifikasi masalah penelitian dan membuat proposal penelitian yang baik. Dalam pergaulan sehari-hari sering terdengar ungkapan berikan saya satu topik penelitian. Hal ini terjadi karena begitu sulit bagi mereka untuk merumuskan masalah penelitian. Masalah penelitian dianggap menjadi beban besar dan berat sehingga membuat mereka tidak mampu melanjutkan ke tahapan perikutnya yakni menyusun proposal penelitian. Padahal, tanpa masalah penelitian, maka penelitian tidak akan pernah ada.
Dalam tulisan ini saya mencoba memaparkan secara ringkas bagaimana menyusun sebuah proposal penelitian. Proposal penelitian merupakan langkah awal dari tahapan panjang penelitian yang akan dilakukan mahasiswa dalam melakukan penelitian. Semua mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikannya pasti akan berhadapan dengan tahapan menyusun proposal penelitian. Proposal ini yang nantinya akan dinilai oleh sebuah tim dan akan direkomendasikan untuk dilakukan penelitian oleh mashaiswa yang bersangkutan. Dalam makalah ini saya akan masukkan beberapa tips (dari pengalaman selama ini) yang mudah-mudahan bisa diikuti oleh para mahasiswa dalam mendapatkan masalah dan lalu merumuskannya menjadi sebuah masalah penelitian. Dalam penelitian dikenal sebuah ungkapan, “proposal yang baik adalah setengah dari penelitian.” Semakin baik proposal Anda, maka penelitian yang akan Anda lakukan juga akan semakin mudah sehingga dapat selesai tepat waktu dan mendapatkan hasil sebagaimana Anda harapakan.
2.    Untuk Apa Proposal?
Proposal penelitian merupakan sebuah paparan singkat mengenai rencana penelitian yang akan dilakukan. Karena itu tidak ada yang disebut dengan proposal benar atau proposal salah, yang ada hanya psoposal baik atau proposal kurang baik. Hal ini dinilai dari kelengkapan dan kejelasan gambaran yang diberikan oleh seorang calon peneliti terhadap objek masalah yang akan ditelitinya.

Selain paparan tersebut, sebuah proposal penelitian juga mampu menjawab pertanyaan; apa, siapa, kenapa dan bagaimana penelitian akan dilakukan. seorang peneliti hendaknya menjelaskan dalam proposalnya apa yang akan diteliti, siapa yang terlibat, kenapa hal tersebut diteliti (dan kenapa pula orang itu terlibat), dan bagaimana penelitian akan dilakukan. Dalam menjawab “bagaimana” ini, peneliti menjelaskannya dalam metodologi penelitian.
Proposal penelitian juga ingin menunjukkan bahwa masalah penelitian yang dikemukakan dalam proposal menarik untuk diteliti dan memberikan manfaat bagi dunia akademik dan kehidupan sosial masyarakat. Seorang peneliti harus mempu menunjukkan kalau penelitian tersebut tidak dilakukan maka akan ada kekurangan dan ketimpangan dalam konteks kebijakan dan dan kehidupan sosial yang lebih baik. Sebaliknya jika penelitan tersebut dilakukan, maka hasilnya akan memberikan kontribusi bagi berbagai pihak untuk menjadikan kehidupan manusia yang lebih baik.
Dalam proposal penelitian Anda juga mesti mampu menunjukkan bahwa Anda punya kompetensi untuk melakukan penelitian tersebut. Hal ini dapat Anda tunjukkan dengan penguasaan yang baik terhadap masalah dan tema penelitian. Dari paparan yang Anda berikan tunjukkan bahwa Anda akrab dengan tema dan topik penelitian yang akan Anda lakukan. Demikian juga literatur, teori dan bahan teoritis yang Anda gunakan semuanya dapat menunjukkan kalau Anda benar-benar memahaminya. Untuk itu tentu saja Anda harus benar-benar memahami apa yang akan Anda teliti sebelum benar-benar menyiapkan sebuah proposal.
Sebuah proposal penelitian juga hendak meyakinkan dosen penilai bahwa penelitian yang akan Anda lakukan telah disiapkan dengan baik. Segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian telah dilakukan. Anda sudah memilki pengetahuan dasar mengenai masalah penelitian, sudah mengetahui topik dan referensi yang harus Anda dapatkan dan di mana mendapatkannya, sudah memiliki hubungan dengan pihak yang dapat memberikan kemudahan dan akses informasi terhdap kesuksesan penelitian yang akan Anda lakukan.
3.    Apa Saja Elemen Proposal?
Sebuah proposal penelitian terdiri dari beberapa bagian; judul, abstrak, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan lingkup penelitian , manfaat dan signifikansi penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, angaran, jadwal penelitian, afiliasi lembaga dan daftar pustaka. Namun elemen ini sering berubah sesuai dengan kebijakan dan aturan lembaga penyandang penelitian.
Secara struktur, elemen tersebut bisa berbeda antara lembaga penelitian yang ada, tergantungkebiasaan lembaga pendidikan setempat. Namun bagaimana pun strukturnya, elemen di atas tetap harus ada karenan itu penyengkut dengan inti pokok dan rancangan proses penelitian yang akan dilaksanakan. Hanya dengan itu maka proposal penelitian akan diterima dan rencana penelitian yang dilakukan akan dikabulkan.

4.    Judul
Judul merupakan kalimat komunikasi pertama antara Anda dengan penilai proposal. Ia menjadi gerbang pertama seseorang menilai proposal penelitian yang Anda buat. Oleh sebab itu judul hendaknya dapat menggambarkan keseluruhan maksud penelitian yang akan Anda buat. Bukan hanya itu, judul juga harus menarik perhatian dan menggambarkan masalah penelitian, tempat, objek dan waktu penelitian yang Anda lakukan. Proposal akan berbicara sendiri dari judul yang Anda tawarkan. Oleh sebab itulah judul harus dibuat sedemikian rupa sehingga terkesan penelitian yang Anda lakukan menarik dan bermanfaat.
Sebuah Judul sebaiknya ringkas dan eksplisit (gamblang/tegas) yang terdiri dari sekitar 20 kata. Dalam judul terkandung tentang topik penelitian secara khusus sedang Anda lakukan. Selain itu judul secara umum mengemukakan tentang di mana dan kapan penelitian akan dilakukan. Hindari sebuah judul yang merupakan jawaban / konklusi dari penelitian yang sedang Anda lakukna. Misal: “Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam pembangunan masyarakat di Kecamatan Trumon.” Atau, “Pendidikan Agama adalah Tonggak Pendidikan Anak dalam Rumah Tangga.” Judul-judul seperti ini lebih merupakan kalimat konglkusi (kesimpulan) yang tidak menunjukkan masalah. Dalam judul tersebut juga tidak mencerminkan kapan, di mana, bagaimana penelitian akan dilakukan.
Judul harus menjelaskan pendekatan yang akan dipakai dalam penelitian. Dalam judul akan tergambar apakah Anda melakukan penelitian yang sifatya kualitatif atau kuantitatif, pakah penelitian Anda lapangan atau library research, apakah penelitian Anda suatu penelitian sejarah, pemikiran, tindakan kelas, survey, action reseach, deskriptif dan lain sebagainya. Hanya menggambarkan! Anda tidak perlu mengatakan dalam judul bahwa penelitian Anda adalah jenis peelitian tertentu. Itu ada di dalam proposal penelitian nantinya. Misalnya, “Metode Pendidikan Agama Bagi Anak Pra-Sekolah di Desa Ruak.” Dalam judul ini terkandung makna (1) penelitiannya adalah kualitatif; (2) penelitian lapangan; dan (3) deskriptif analisis. Ini semua terlihat dari judul yang diberikan.
Pun demikian, judul juga disesuaikan dengan jenis dan masalah penelitian yang Anda lakukan. Kalau penelitian Anda adalah penelitian sejarah, maka tulislah jangka waktunya. Misal: “Perjuangan Kemerdekaan di Palembang: Peran Abdul Gani dalam Pejuangan Kemerdekaan, 1963-1970.” Dalam penelitian yang tidak ada hubungannya dengan sejarah secara langsung, maka tidak perlu dibuat waktu dan tempat. Misal: “Kontekstualisasi Nilai-nilai Pendidikan Religi dalam Konsep Pendidikan Modern.” Penelitian seperti ini tidak berkaitan langsung dengan sejarah. Dengan demikian tidak perlu dikatakan tempat dan tahunnya.

5.    Abstraks
Abstrak dalam proposal adalah paparang singkat mengenai penelitian yang akan Anda lakukan. Seorang penilai proposal mungkin tidak sempat membaca keseluruhan proposal penelitian yang Anda ajukan. Misalnya saat pengajuan proposal skripsi/tesis, mungkin seorang dosen (karna kesibukan atau kemalasan) hanya memiliki waktu satu jam untuk menilai 100 proposal. Oleh sebab itu Anda perlu membuat abstrak, paparan singkat yang menjelaskan penelitian yang akan Anda lakukan. Abstrak harus dibuat seringkas mungkin namun menjelaskan keseluruhan isi proposal penelitian yang akan Anda lakukan.
Sebuah abstrak mesti berisi pengantar singkat mengenai tujuan umum dari penelitian yang akan dilakukan. Pengantar umum ini dapat dibuat dalam satu atau dua kalimat. Kemudian dalam abstrak juga dideskripsikan tujuan khusus penelitian. Tujuan khusus ini secara langsung menunjukkan apa yang akan Anda jawab dari penelitian yang akan Anda lakukan (selengkapnya akan dibahas dalam bagian tujuan penelitian). Kedua tujuan ini dapat dibedakan dengan melihat kontribusi penelitian. Tujuan umum adalah manfaat uang dapat diperolah dalam konteks besar, sementara tujuan khusus adalah manfaat-manfaat temporer dan kecil yang akan diberikan oleh penelitian.
Dalam abstrak turut dijelaskan pula desain riset yang akan Anda lakukan. secara sederhana Anda kemukakan apa dan bagaimana penelitian yang akan Anda lakukan, data apa yang diperlukan, bagaimana data itu diperoleh dan siapa yang berhubungan dengan data tersebut, dan bagaimana Anda memperakukan data. Menyatakan signifikansi (kontribusi dan rasionalitasnya) penelitian yang akan Anda lakukan. Signifikansi penelian merupakan salah satu penentu apakah proposal Anda ditrima atau tidak. Untuk apa sebuah penelitian yang tidak bermanfaat? Anda hanya akan menghabiskan waktu saja, menghabiskan biaya dan merugikan umur untuk sesuatu yang tidak berguna. Maka dalam proposal hendaknya Anda kemukakan manfaat apa yang akan diberikan kalau penelitian Anda berhasil nantinya. Manfaat dalam hal ini bisa sesuatu yang praktis, bisa pula sesuatu yang berbentuk pengetahuan, saran dan lain sebagainya.
6.    Latar belakang
Latar belakang adalah bagian paling awal dalam sebuah proposal penelitian. Bagian ini akan menjelaskan kenapa Anda melakukan penelitin mengenai satu masalah dan kenapa hal itu menjadi masalah yang harus dijawab dengan penelitian . Seseorang yang –seAndainya- membaca latar belakang penelitian Anda, maka ia juga akan mengatakan bahwa apa yang Anda kemukan tersebut layak diteliti.
Secara umum ada beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam mebuat latar belakang masalah:
1.  Gambaran umum permasalahan
2.  What is should be (teoritis) dan What it is (empiris, kemukakan data lapangan); kesenjangan diantara keduanya menunjukkan adanya permasalahan yang membutuhkan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis yaitu melalui penelitian
3.  Apa yang dilakukan peneliti lain dan bagaimana posisi penelitian yang diusulkan diantara penelitian yang telah ada (konteks penelitian)
4.  Mengapa peneliti tertarik meneliti topik tersebut?
5.  Mengapa peneliti merasa penelitian tentang topik tersebut penting dilakukan; konsekuensi negatif seperti apa yang mungkin muncul jika permasalahan tersebut tidak diteliti? 
Pendahuluan harus memuat sebuah konteks yang terjadi saat ini atau segera terjadi yang membutuhkan penjelasan. Dalam penelitian sosial keislaman, maka konteks bisa jadi sebuah realitas sosial atau sebuah pemikiran yang berkembang. Penelitian mengenai pemikiran Islam misalnya, konteks bisa dihubungkan dengan praktik keagamaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Dalam judul “Praktik Amal Jariah di Palembang Darussalam,” maka Anda perlu menggambarkan apa itu tarekat, kenapa ia berkembang dalam masyarakat Islam dan bagaimana praktik tersebut ada di dayah labuhan haji. Kemukakan sebuah unsur “unik” dalam latar belakang Anda sehingga nampak “amal jariah di Palembang Darussalam” berbeda dengan “amal jariah di daerah lain.”
Dalam sebuah latar belakang Anda juga perlu mengemukakan alasan Anda memilih topik tersebut. Kenapa Anda tertarik? Ketertarikan ini timbul dari “pertentangan umum” yang Anda munculkan dalam bagian itu. Kemukakan sebuah statemen independen yang mendukungnya. Katakan juga masalah secara umum, bisa berupa penjelasan yang belum lengkap mengenai kondisi atau sebuah salah faham mengenai suatu masalah (sosial atu filsafat). Kemudian berikan tanggapan peneliti mengani masalah tersebut, kemukakan kemungkinan solusi untuk masalah itu dan jalaskan kenapa penelitian itu dibutuhkan, rasional, penting dan relevan untuk konteks yang terjadi.
7.        Rumusan Masalah
Merumuskan masalah merupakan aspek paling penting dalam sebuah penelitian. Tanpa masalah maka tidak ada penelitian. Tanpa masalah yang jelas, maka tidak akan lahir penelitian yang sempurna. Rumusan masalah penelitian akan menentukan apakah suatu hal memang menjadi objek peneliti an atau tidak. Rumusan masalah yang baik akanmenentukan apakah masalah itu adalah masalah penelitian atau bukan.
Masalah merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi, penyimpangan antara teori dengan praktik, penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, penyimpangan anatara rencana dengan pelaksanaan, dan penyimpangan antara pengalaman masa lalu dengan apa yang terjadi saat ini. Yang diharapkan keuntungan Rp 10 juta, yang diperoleh Rp 5 juta. Kenapa bida terjadi? Yang diharapkan iklim kerja yang kondusif, yang terjadi karyawan saling curiga. Apa faktor penyebabnya? Yang diharapkan terwujudnya masyarakat yang agamis, yang terjadi justru masyarakat yang hidup jauh dari nilai-nilai spiritualitas agama. Mengapa? Bagaimana solusinya? Demikianlah masalah.
Jadi masalah penelitian adalah kesenjangan antara apa yang semestinya dengan apa yang senyatanya. Untuk merumuskan masalah dapat ditempuh langkah berikut: (1) mengidentifikasi masalah; (2) menentukan variabel penelitian; (3) merumuskan masalah. Dalam perumusan masalah dapat ditempuah langkah: (1) pernyataan relasional antara teori dengan realitas; (2) Masalah penelitian bersifat konseptual; dan (3) kata dalam masalah penelitian sebaiknya berupa konsep-konsep (misal. Pendidikan-pra_sekolah-masyarakat-pedesaan) lalu konseptersebut dihubungkan.
Masalah penelitian berbentuk pernyataan. Pernyataan tersebut diturunkan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Seluruh pertanyaan penelitian mengacu pada masalah penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya. Pertanyaan penelitian mengacu pada sesuatu yang Anda tidak tahu/mengerti, namun merasa itu mesti dan perlu diketahui untuk menyelesaikan masalah yang telah Anda rumuskan sebelumnya. Sebagai acuan mungkin pertanyaan berikut ini bisa menjadi pedoman.
·       Apa bagian khusus dari topik penelitian Anda dan apa pula konteks besarnya?
·       Apa konteks sejarah topik penelitian Anda dan apa konteks besar sejarah keseluruhan dari penelitian Anda?
·       Kategori apa yang akan Anda peroleh dari topik penelitian Anda dan kategori apapula yang telah ada sebelumnya?
·       Apa kelebihan topik Anda dan untuk apa penelitian ini akan dimanfaatkan?

8.        Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian harus menginformasikan apa yang hendak Anda teliti, menjelaskan apa yang akan dipaparkan oleh penelitian Anda dan menjelaskan kenapa penjelasan tersebut penting dan bermanfaat. Tujuan merupakan alasan kenapa penelitian Anda lakukan, kenapa masalah perlu dipecahkan, kenap topik penelitian yang Anda pilih perlu dijelaskan. Singkatnya tujuan adalah apa yang hendak Anda capai/dapatkan dari penelitian yang Anda lakukan.
Selain tujuan umum di atas, sebuah penelitian juga dapat bertujuan untuk: Mengkaji (examine), mendeskripsikan (describe), atau menjelaskan (explain) suatu fenomena unik; meluaskan generalisasi suatu temuan tertentu; menguji validitas suatu teori; menutup kesenjangan antar teori (penjelasan, explanasions) yang ada; memberikan penjelasan terhadap bukti-bukti yang bertentangan; memperbaiki metodologi yang keliru; memperbaiki interpretasi yang keliru; mengatasi kesulitan dalam praktek; memperbarui informasi, mengembangkan bukti longitudinal (dari masa ke masa).
Perlu diingat bahwa tujuan adalah hasil akhir, bukan proses (penelitian). Ada orang merumuskan tujuan penelitiannya dengan kalimat seperti ini (misal): “untuk mewawancarai anak didik mengenai kesulitan yang mereka hadapi dalam menhafal surat-surat pendek.” Kata mewawancarai adalah kata proses. Kita mewawancarai untuk apa? Untuk mengetahui atau mengidentifikasi. Maka dalam rumusan tujuan penelitian kita sebutkan: “untuk mengetahui berbagai kesulitan anak didik dalam menghafal surat-surat pendek.”
Dalam kajian yang sidatnya kajian dokumen atau telaah pemikiran, maka tujuan dirumuskan berhubungan dengan kontruksi akhir yang ingin dicapai oelh peneliti. Misalnya penelitian mengenai “Konsep Pendidikan Anak dalam Pandangan Ki Hajar Dewantara” Maka rumusan masalahnya bukan: “merumuskan konsep pendidikan anak menurut Ki Hajar Dewantara,” yang lebih baik: “terumusnya, atau terkonstruksinya, konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara secara sistematis, kritis dan aplikatif.” Yang kita inginkan adalah hasil akhir, bukan proses.

9.        Signifikansi, Kontribusi Atau Manfaat
Terkadang orang menyamakan antara tujuan dengan kontribusi. Pada penelitian yang sifatnya sederhana, maka ini bisa dimaklumi. Namun dalam penelitian skripsi atau tesis, maka tujuan sebaiknya dipisahkan dengan manfaat. Tujuan mengacu pada konsep baru yang kita temukan atau tawarkan sebagai hasil dari penyelesaian masalah penelitian yang kita lakukan. sementara signifikansis, atau kontribusi atau sering juga disebut dengan manfaat penelitian lebih pada untuk apa hasil penelitian tersebut. Ringkasnya, Anda punya hasil penelitian ‘A’. dalam konteks “manfaat penelitian,” maka yang perlu dipertanyaakan adalah: Untuk apa A? apa gunanya? Apa pengaruhnya? Bagaimana di dimanfaatkan? Dan lain sebagainya.

Dalam melihat masalah kontribusi, maka setidaknya menjawab pertanyaan:
*                Apa yang akan kita pelajari sebagai sebuah hasil proposal yang sekarang kita belum tahu? Gambarkan kira-kira apa yang akan Anda rumuskan dari hasil penelitian ini nanti. Gambaran dibuat berdasarkan masalah dan pertanyaan penlitian yang Anda ajukan. 
*                Hasil apa yang diharapkan sebagai kontribusi dari penelitian ini dan dalam bentuk apa? teori atau solusi prakstis? Anda bisa juga mengemukakan fifat akhir dari hasil yang akan Anda temukan dari model penelitian Anda. Apakah hasilnya sesuatu yang sifatnya teoritis (artinya hanya bermanfaat sebagai pengetahuan saja) atau manfaat praktis sehingga setiap orang yang berkepantingan dapat memanfaatkannya. Hasil teoritis misalnya penelitian yang bersifat konseptual, misal: “Sifat Subjek Didik Menurut Adat Palembang,” “Pendidikan Moral dalam Pandangan Sutan Takdir Alisyabana,” Hasil dari penelitian ini masih berupa bahan “mentah” yang masih perlu pengolahan hingga bisa pakai. Sementara hasil penelitian praktis misalnya: “Metode Beribadah bagi Anak Usia Dini,” “Teknik Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Agama Berbasis Kompetensi,” Hasil penelitian ini akan berupa langkah yang dapat diimplementasikan langsung di lapangan.
*                Siapa yang akan diuntungkan dengan hasil penelitian ini? Dalam kontribusi Anda juga bisa katakan siapa yang akan memanfaatkan hasil penelitian Anda, apakah guru, kepala sekolah, pemerintah, dll. Kalau hasil penelitian Anda bersifat teoritis, maka itu berarti ia akan bermanfaat bagi siapa saja sebagai pengetahuan. Namun kalau sifatnya praktis berarti ia bermanfaat bagi kalangan tertentu yang berkaitan. Kalau model pembelajaran berarti bermanfaat untuk guru, model belajar bermanfaat untuk siswa, administrasi sekolah, berguna untuk kepala sekolah dan pengambil kebijakan lainnya.
10.    Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah proposal penelitian. Tinjauan pustaka bertujuan, pertama, menjustifikasi bahwa penelitian yang akan Anda lakukan belum pernah dilakukan orang lain. Kedua penelitian yang akan Anda lakukan memiliki sejarah pengetahuan yang luas dan menjadi salah satu penelitian menarik di kalangan peneliti. Ini dibuktikan dengan banyaknya peneliti mengkaji topik sejenis.
Sebuah kajian kepustakaan menjelaskan mengani apa saja yang telah pernah diteliliti oleh ahli yang lain sebelumnya mengenai topik yang akan Anda teliti. Karenanya dalam bagian ini Anda mesti memaparkan hasil penelitian tersebut dan apa yang membedakan hasil tersebut dengan penelitian yang akan Anda lakukan. Ini mesti dijelaskan agar apa yang Anda lakukan bukanlah sebuah pengulangan dari penelitian yang pernah ada. Pengulangan penelitian pada hal yang sama tidak dapat memberikan konstribusi apapun dalam dunia keilmuan. Dan akirnya penelitian Anda lebih merupakan saduran/jiplakan daripada sebuah ide orisinalitas Anda sendiri.
Selain itu dalam sebuah studi kepustakaan Anda juga masti menunjukkan apa yang dapat dipertentangkan dari literatur yang telah ada. Masing-masing peneliti memiliki pAndangan yang berbeda dalam masalah tertentu. Kemukakan perbedaan mereka dan telusuri kenapa terjadi perbedaan tersebut. Dengan demikian maka akan nampak kalau Anda menguasai topik penelitian yang Anda lakukan dan mengetahui pula diskursus para ahli dalam topik tersebut.

Dalam kajian kepustakaan setidaknya kita menjawab dua pertanyaan:
·         Apakah ada ruang yang hendak diisi dengan riset yang akan Anda lakukan? Bagian mana yang masih “kosong” dapri penelitian yang pernah dilakukan orang? (Bagian tersebut bisa berupa ide, perspektif, masa, tempat, tahun dan lain sebagainya.
·         Bagaimana posisi penelitian Anda di antara penelitian yang telah dilakukan sbeleumnya? (kemukakan di mana posisi penelitian Anda, pada bagian mana yang Anda hendak isi, kekurangan mana yang akan Anda perbaiki, memperkaya dll)
Selain sebagai menunjukkan posisi dan penguasaan Anda terhadap topik penelitian yang hendak Anda lakukan, maka ada pula beberapa manfaat lain kalau kajian kepustakaan Anda buat dengan bail, di antaranya.
*                   Untuk mempelajari sejarah permasalahan penelitian (sehingga dapat ditunjukkan bahwa permasalahan tersebut belum pernah diteliti atau bila sudah pernah, teori yang ada belum mantap); 
*                   Untuk membantu pemilihan cara penelitian (dengan belajar dari pengalaman penelitian sebelumnya). Dalam setiap penelitian yang pernah dilakukan pasti ada metode yang digunakan. Anda dapat menggunakan metode yang sama, atau menggunakan yang berbeda dengan pertimbangan rasional.
*                   Untuk memahami kerangka atau latar belakang teoritis dari permasalahan yang diteliti (hasil pemahaman tersebut dituliskan tersendiri sebagai “Landasan Teori”); 
*                   Untuk memahami kelebihan atau kekurangan studi-studi terdahulu (tidak semua penelitian menghasilkan temuan yang mantap); 
*                   Untuk menghindarkan duplikasi yang tidak perlu (hasil fungsi ini dituliskan sebagai “Keaslian penelitian”). Namun perlu diingat ”keaslian” bukan berarti tidak ada sama sekali yang menulis mengenai topik Anda, setidaknya dalam hal-hal yang sifatnya umum atau bagian lain yang memiliki relevansi dengan penelitian Anda.
*                   Untuk memberi penalaran atau alasan pemilihan permasalahan (hasil fungsi ini dituliskan sebagai “latar belakang”). 
11.    Landasan Teori
Landasan teoritis adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam sebuah proposal penelitian. Dalam proposal teori menunjukkan pertama, penguasaan Anda terhadap diskursus pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian yang akan Anda lakukan; kedua, dasar yang akan Anda gunakan dalam melakukan penelitian nantinya sehingga penelitian Anda terfokus ditak menjalar kemana-mana. Bisa saja Anda melakukan penelitian tanpa teori, namun ini adalah wujud kesombongan karena kita tidak mengakui adanya hasil penelitian terdahulu yang sudah mapan dan dapat digunakan sebagai pisau analisis penelitian berikutnya.

Teori dapat dipandang sebagai:
  1. Sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat konstan dan dapat diramalkan sebelumnya.
  2. Merupakan rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh kemudian dirumuskan suatu konsep yang teoritis (induktif).
  3. Suatu cara menerangkan fenomena yang menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis.
Teori pada hakikatnya adalah kumpulan statemen yang sistematis yang bertujuan menjelaskan beberapa aspek yang berkaitan dengan topik penelitian. Teori dapat juga diartikan dengan penjelasan sistematis sebagai sebuah pengamatan yang berhubungan dengan bagian dari topik penelitian yang akan Anda lakukan. Tori berupa generalisasi-generalisasi yang telah diterima secara umum dalam dunia akademik yang diperolah dari hasil penelitian empirik sebelumnya. Dengan demikian, teori dapat saja berlaku general (keseluruhan tempat dan waktu) atau terbantah dalam tempat dan masa tertentu.
Untuk membuat sebuah proposal penelitian, maka Anda mesti membaca literatur yang berkaita dengan topik penelitian Anda untuk menemukan metodenya. Teori harus secara langsung dapat menjelaskan topik enelitian Anda baik secara general maupun secara parsial. Ini nantinya akan menjadi dasar bagi Anda dalamm mengenalisis dan memahami fenomena yang berkembang dalam penelitian yang akan Anda lakukan.
Beberapa contoh dapat saya kemukakan di sini sebagai berikut. Dalam penelitian lapangan mengenai “Prakatik Perlindungan Anak dalam Budaya Ogan Komering Ilir,” maka teori yang digunakan adalah konvensi perlindungan anak PBB dan Undang-undang Perlindungan Anak di Indonesia. Anda juga dapat menggunakan teori anak dalam adat Sumatera Selatan. Penelitian mengenai Pemikiran Politik Praktis Soekarno, Anda bisa gunakan teori-teori politik yang sudah ada. Kalau arah pemikiran Soekarno mengarah pada demokrasi, maka Anda bisa pakai teori demokrasi, kalau teokrasi, maka Anda bisa gunakan teori teokrasi. Dalam penelitian Pengaruh Televisi terhadap Prestasi Anak Didik, Anda dapat gunakan teori pengaruh lingkungan dalam pendidikan, dan lain-lain.
Singkatnya, teori yang digunakan dalam sebuah penelitian dihubungkan dengan dasar umum dari topik penelitian yang Anda lakukan, bukan bagiannya. Jadi kalau judul penelitian: “Pemikiran Pendidikan Modern di Indonesia, maka teorinya adalah teori-teori pendidikan modern, bukan teori tentang Indonesia sebagai sebuah negara.

12.    Definisi Operasional
Tidak semua penelitian membutuhkan definisi operasional. Definisi operasional dapat dibuat di latarbelakang atau di bagian lain dalam proposal. Namun beberapa kampus mewajibkan adanya sub bab definisi operasional secara khusus dalam proposal dan bab pertama laporan penelitian (skripsi/tesis). Sebagai sub bab, ia terpisah dari bagian lain dalam proposal.
Definisi operasional adalah penjelasan mengenai unsur-unsur, baik kata atau frase yang ada dalam judul penelitian yang akan Anda lakukan. Dalam penjelasan ini, maka Anda dituntut menjelaskan unsur tersebut sejelas-jelasnya, dari sisi teoritis yang sudah berkembang dan –yang paling penting- adalah apa yang Anda fahami atau Anda ikuti. Dengan demikian seorang pembaca mengenai penelitian yang Anda lakukan akan mengerti dan memahami konteks dan ruang lingkup penelitian Anda.
Dalam penelitian mengenai “Partisispasi Masyarakat dalam Memajukan Lembaga Pendidikan di Desa Terpencil” maka beberapa aspek yang perlu Anda jelaskan adalah: Partisipasi Masyarakat, Lembaga Pendidikan, dan Desa Terpencil. Anda perlu jelaskan apa yang Anda maksud dengan partisipasi masyarakat. Kalau dia hanya mengantarkan anaknya ke sekolah, pakah itu termasuk partisipasi? Bukankan tanpa ”mengantarkan anaknya” ke sekolah, sebuah sekolah tidak akan berlangsung? Atau tindakan itu bukan bagian dari prtisipasi karena itu memang hal yang lumrah dan tindakan normal. Inilah yang perlu Anda jelaskan sehingga pembaca memahami partisipasi yang Anda maksudkan. Demikian juga dengan Desa Terpencil. Apa yang diaksud daerah terpencil? Apa ukurannya? Jauh dari kota atau fasilitas? Atau ekonomi penduduk? Atau apa? Ini semua terserah Anda. Anda menentukan sendiri pemahaman yang mau Anda bangun mengenai penelitian yang akan Anda lakukan. Tentunya berdasarkan teori atau pemahaman yang berkembang sebelumnya. Anda tidak boleh mengembangkan pemehaman sendiri yang jauh melenceng dari apa yang sudah berkembang.

13.    Metode penelitian
Seperti telah saya katakan di atas bahwa aproposal adalah cara Anda untuk meyakinkan tim penyeleksi bahwa Anda mampu melakukan penelitian itu, menguasai topiknya, mengenal lapangan dan wacana yang berkembang dalam kontkes enelitian yang Anda lakukan. Nah, salah satu hal yang penting di sini adalah menunjukkan kepada mereka metode apa yang Anda pakai dalam melaksanakan penelitian nantinya. Metode berkaitan dengan pendekatan, lokasi, data dan analisis. Dalam metode semua yang berkaitan dengan langkah yang akan Anda ambil untuk penelitian disebutkan dengan jelas, sistematis dan kongkrit.
Yang paling umum dibuat dalam proposal penelitian yang berkaian dengan metode adalah jenis penelitian. Meskipun jenis penelitian bisa kita lihat dari judul dan pendahuluan, namun di bagian ini Anda kemukakan dengan tagas jenis penelitian Anda, apakah kualitatif atau kuantitatif, atau lainnya. Bukan hanya menyebutkan, namun Anda juga menjelaskan sedikit (satu datau dua kalimat) kenapa jenis penelitian tersebut yang Anda buat dan apa releansinya dengan topik penelitian yang Anda pilih.
Dalam bagian ini juga Anda kemukakan fokus penelitian dan atau lokasi penelitian. Kalau Anda meneliti sesuatu yang sifatnya teoritik, maka sebaiknya kemukakan fokus Anda, yang spesifik dan menjurus. Misalnya: “Konsep dan Pemikiran Muhammad Abduh,” di sini Anda perlu jelaskan, konsep dia dalam hal apa? Pemikiran dalam bidang apa? SeAndainya data yang mendukung cukup, maka semakin spesifik semakin baik. Sementara dalam kaitannya dengan penelitian lapangan, maka sebaiknya Anda kemuakan spesifiknya dan lokasi. Misalnya, “Budaya dan Tanggung Jawab Pendidikan: Pengjaran Agama bagi Anak Usia Dini di Campang Tiga Ogan Komering Ulu.” Dalam hal ini maka Anda jalaskan bahwa pengajaran yang Anda teliti adalah pengajaran agama, objeknya anak usia dini (anak pra sekolah) dan di desa Campang Tiga Ogan Komering Ulu. Jadi pembaca langsung jelas dengan fokus dan objek yang akan Anda teliti.
Anda juga perlu jelaskan dari mana sumber data penelitian dan bagaimana Anda akan memperoleh data tersebut. Dalam penelitian teoritis pasti data diperoleh dari studi litaratur dan –bisa juga wawancara- dengan tokoh yang berkompeten. Misalnya Anda katakan: “Untuk kepentingan penelitian ini, data akan diperoleh dari buku, jurnal, hasil penelitian dan sumber rujukan lain yang relevan.” Selain itu Anda juga dapat katakan kalau data penelitian juga diperoleh dari transkrip ceramah/khotbah atau naskah lain yang kemungkinan membahasa topik penelitian yang sedang Anda lakukan. Sementara penelitian lapangan jelas kalau data bersumber dari lapangan. Data lapangan juga beragam, bisa dokumentasi, foto, cerita, pandnagan umum, pendapat dll dari masyarakat setempat.
Selain itu Anda perlu kemukakan juga (dan ini sangat penting) bagaimana data Anda peroleh. Dalam hal ini Anda perlu jelaskan kepada penilai cara dan langkah yang akan Anda tempuh sehingga data yang Anda butuhkan untuk penelitian tersebut akan terkumpulkan. Untuk penelitian literatur, maka Anda kemukakan bagaimana Anda memperoleh data yang Anda butuhkan dan di mana. Misalnya Anda melakukan penelitian filologi, maka Anda perlu jelaskan di mana saja naskah akan Anda ambil, bagaimana kondisinya, apa perbedaan antar naskah. Kalau Anda melakukan penelitian politik, Anda perlu kemukakan siapa (jabatan/kedudukan) yang akan Anda wawancarai, di mana, bagaimana Anda bisa berjumpa, dan lain sebagainya. Semakin jelas semakin baik. Tentu saja Anda perlu jelaskan ringkas, padat, dan jelas.
Dalam metode penelitian, perlu juga dijelaskan alat dan metode mengolah data. Beberapa data kuantitatif mungkin adan perlu katakan rumus mana yang Anda pakai, pendekatan apa? Program komputer apa? Berapa stAndar errornya? Dan lain sebaginya. Dalam data kualitatif Anda perlu menjelaskan pendekatan apa yang Anda pakai dalam mengenalisisnya? Teosi siapa tentang apa yang Anda gunakan? Dan lain sebagainya yang diperlukan. Namun demikian ini adalah sebuah kesempurnaan. Pada hakikatnya metodologi hanyalah cara Anda melakukan penelitian. Anda perlu jelaskan kepada pembaca bagaimana penelitian dari A-Z akan Anda lakukan.
14.    Daftar Pustaka
Daftar pustaka pada dasarnya adalah daftar buku-buku yang dipakai oleh peneliti dalam penulisan penelitiannya. Daftar pustaka diletakkan di bagian akir laporan penelitian, ditulis dengan sistem tertentu dan aturan yang baku. Dalam proposal penelitian, maka daftar pustaka merupakan referensi yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Referensi berasal dari penelitian sebelumnya mengenai topik yang sama atau referensi lain yang relevan dengan topik penelitian yang sedang dilakukan. Dalam proposal penelitian, referensi bertujuan menunjukkan kesiapan peneliti dalam topik penelitian yang akan dilakukan dan ketersediaan sumber kajian mengenai topik yang berkaitan. Perlu diingat bahwa bagi peneliti pemula sangat “terkesan sombong” kalau melakuakn sebuah penelitian “pure reseach” yang sama sekali tidak berkaitan dengan penelitian yang pernah dilakukan para ahli. Karena itu semakin banyak buku yang ada dalam daftar pusataka (tentu saja yang relevan) maka semakin menunjukkan kesiapan Anda melakukan penelitian.
Ada beberapa metode penyusunan daftar pusataka. Yang lumrah di IAIN Ar-Raniry adalah: nama pengarang, judul buku, Kota: Penerbit, tahun terbit.

Contoh:

Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2006.
Ali, Muhammad. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru, 1987.
Nama pengarang tidak perlu dibalik, kecuali nama pengarang dari Barat. Dalam tradisi penamaan kita di Indonesia, maka nama seseorang adalah nama aslinya dan tidak ada nama keluarga. Seseorang yang menaruh nama orang tuanya di belakang nama, bukan nama keluarga, namun nama bapak. Nama bapak berbeda dengan nama keluarga. Nama keluarga dapat disamakan dengan nama marga. Jadi, apakah nama seseorang yang memiliki marga harus dibalik? (misalnya Harun Nasution ditulis dengan Nasution, Harun?) Itu terserah pada mahasiswa. Namun untuk menghindari kerumitan dan kesulitan, sebaiknya tidak usah. Tulislam nama pengarang apa adanya, tanpa titel akademik (Drs., Dr., M.A., Ph.D., M.B.A., dll.) dan embel-embel sosial (teungku, Syeh, Haji, Kiai, dll.).
15.    Afiliasi Lembaga
Afiliasi adalah usaha Anda untuk menunjukkan keseriusan kepada penguji, pembaca bahwa Anda telah melakukan kerja sama dan kontak dengan pihak yang memiliki wewenang dan kompetensi dalam menjawab atau menyelesaikan masalah Anda. Dalam afiliasi Anda mengemukakan bahwa penelitian yang akan Anda lakukan memiliki sumber dana yang jelas dan dapat diakses.
16.    Penutup
Akirnya, membuat proposal penelitian bukanlah persoalan pintar atau bodoh, namun lebih pada mau atau tidak. Membuat proposal penelitian hampir sama dengan membuat kue. Ketika bahan-bahan sudah siap, tekniknya sudah ada dan tertulis lengkap, langsung bisa praktek. Namun diperlukan sentuhan-sentuhan khusus agar kue menjadi enak dan sedap dipandang mata. Demikian halnya dengan membuat proposal penelitian. Selain adanya petunjuk berupa bacaan dan bimbingan dari guru, diperlukan usaha dan sentuhan “rasa” sendiri dari peneliti sehingga proposal penelitian benar-benar indah dan “sempurna.” Sentuhan “rasa” sangat dipengaruhi oleh semangat, keingintahuan, dan rasa percaya diri dari peneliti. Betapa banyak orang yang di dalam kelas nampak “cerdas” namun tidak sanggup menyelesaikan pendidikan tepat waktu. Karenanya diperlukan keseriusan dan ketekunan hingga proposal dapat dibuat dengan sebaiknya sehingga dapat diterima untuk dilaksanakan penelitiannya.

Selamat mencoba!

NB. Kalau Anda merasa terbantu dengan tulisan ini, atau mau berdiskusi, atau memberikan masukan, kritik, silakan kirimkan email ke: sehatihsan@yahoo.com


Apa Saja yang Perlu Dipikirkan dalam Menyusun Proposal Penelitian

Pangesti Wiedarti (sumber: milis beasiswa)
E-mailPrintPDF
Tidak terlalu perlu membedakan terlalu rigid antara penulisan proposal penelitian bagi skripsi atau tesis. Pembedanya hanya pada variabel penelitian saja. Untuk melihat perbedaaannya, milister bisa melihat di FILES mil st, dulu pernah di-upload di sana, mohon dicari nama saya untuk tahu perbedaan
esensial bagi perbedaan skripsi dan tesis S2 atau S3.  FYI, bagi mhs Indonesia, disertasi yang di Indonesia disebut sebagai karya tulis mhs S3, di LN pada umumnya disebut tesis saja, doctorate tesis atau Ph.D tesis. Tapi langkah yang ditempuh mirip saja. Misalnya dengan sistematika: judul, latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, kerangka teori, cara penelitian, jadwal penelitian, rencana anggaran penelitian, daftar pustaka.
Dari sekian subjudul, biasanya mahasiswa lupa atau kurang memberi tekanan pada LATAR BELAKANG MASALAH, apa yg membuat penelitian yang dia ajukan perlu dilakukan? Tanpa alasan kuat, pembimbing tidak akan menerima begitu saja. Jadi buat latar belakang ringkas yang menyakinkan penelitain perlu dilakukan. Ada baiknya retorika dibuat langsung. Dulu, di jurusan saya mengajar, latar belakang cenderung ke sana kemari, misalnya "Bahasa adalah alat komunikasi ... dst ... bercerita tentang peran bahasa). Berikutnya, saya gencar menggarahkan ke retorika langsung, yaitu bersinggungan dengan permasalahan pokok, misalnya "Skripsi ini membahas tindak tutur dalam wacana iklan ... dengan alasan: pertama, ...   Kedua, ....  Hampir semua setuju dengan retorika langsung ini.
Dengan cara pendekatan langsung demikian, pembaca akan tahu digiring ke mana. Pembaca tak perlu membaca 1-2 lembar sampai kepada kalimat terakhir dari bagian pengantar tentang perlunya penelitian dilakukan. Jika pembaca skirpsi/tesis sudah dipandu di awal, akan memudahkan pembaca untuk konsentrasi dan mudah mengikuti ide penulis.
Dalam kerangka teori, sering mahasiswa menulis deskriptif saja, padahal mestinya analitikal-argumentatif.  Mereka juga kadang lupa bahwa judul yang mereka pilih untuk diteliti merupakan TESIS STATEMENT MEREKA, jadi sesungguhnya posisi mhs sebagai pencetus tesis statement ini lebih sentral. References yang dirujuk merupakan pendukung tesis statement mhs. Keterkaitan references, hasil penelitian dan pemikiran mahasiswa ini harus dikemas sedemikian rupa sebagai suatu sintesis yang solid dan logic dalam membentuk theoretical framework untuk menganalisis fenomena
yang akan diteliti. 
Cara penelitian akan berbeda dari satu bidang ilmu ke bidang ilmu lainnya. Ini akan berpengaruh pada manfaat penelitian juga. Misalnya, pada penelitain umumnya, ada 2 manfaat penelitian, teoretis dan praktis. Tetapi dalam penelitian classroom action research, hanya pengalaman praktis yang diperoleh. Penelitian ini berguna bagi peningkatan kualitas proses belajar-mengajar di kelas, banyak dilakukan para dosen dan guru. Jika Anda ingin tahu tentang (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas, silakan kunjungi homepage http://dikti.org pada site Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, dan cari PTK atau CAR. Dosen dan guru perlu melakukan penelitian demikian ini untuk meningkatkan kualitas hasil belajar dari waktu ke waktu. Jadi manfaat penelitian lebih ke menfaat praktis daripada teoretis. FYI, penelitian PTK ini saya ajukan sebagai kegiatan wajib para guru dalam pembinaan program SQIP= School Quality Improvement Program, hasilnya diterbitkan dalam SQIP Journal yang saya ajukan juga dalam kegiatan SQIP 5 tahun ke depan. Dalam gambaran ideal saya, guru harus meneliti di kelasnya dan menulisnya agar pengajarannya berkembang dan kualitas hasil belajar siswa bisa meningkat. Guru pun harus rajin menulis dalam bentuk artikel hasil penelitian di kelas mereka.

Akan sangat baik jika PTK dilakukan dosen dan guru terus-menerus agar dirinya selalu melakukan pembaruan strategi proses belajar-mengajar, pun tidak bosen jika ada strategi yang dikembangakn pada tiap semester bagi tujuan peningkatan hasil pembelajaran. Hasilnya bisa ditulis sebagai artikel dan diterbitkan.
Sekian dulu, sampai jumpa di bagian C: Mengelola hubungan dengan dosen pembimbing.
Bagi yang punya ide berkaitan dengan topik di atas, silakan saja menambah atau berkomentar.

Salam,

Pertimbangan Awal untuk Menyusun Proposal Penelitian
Januari 27, 2009 oleh ybandung

Untuk mempersiapkan proposal dan merencanakan penelitian (riset) misalnya tesis atau disertasi, seorang peneliti perlu mengacu kepada kerangka umum (framework) perancangan riset yang memberikan panduan mengenai semua hal yang berhubungan dengan studi yang hendak dilakukan; mulai dari pencarian ide sampai dengan prosedur pengumpulan data berikut analisisnya.
Di dalam bukunya, Creswell (2003) membagi kerangka umum perancangan penelitian ke dalam tiga pendekatan, yaitu i) metode kuantitatif, ii) metode kualitatif, dan iii) metode mixed. Untuk merancang suatu riset, peneliti perlu mempertimbangkan beberapa pertanyaan sebagai berikut: Klaim (ilmu pengetahuan) apa yang hendak dibuat?
Prosedur atau metodologi penelitian apa yang hendak dipergunakan?
Metode pengumpulan data dan analisis apa yang hendak dipergunakan?

1. Klaim Ilmu Pengetahuan
Di dalam proses penelitian, seorang peneliti akan memulainya dengan membuat asumsi “how they will learn” dan “what they will learn”. Klaim-klaim ini sering disebut sebagai paradigma (Lincoln & Guba, 2000; Mertens, 1998), atau asumsi filosofis, epistemologi, dan ontologi (Crotty, 1998), atau metode penelitian (Neuman, 2000). Secara filosofis, peneliti akan membuat klaim mengenai “what is knowledge (ontology)”, “how we know it (epistemology)”, what values go into it (axiology)”, “how we write about it  Beberapa tipe klaim adalah postpositivism, constructivism, advocacy/participatory, dan pragmatism.

2. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian (Mertens, 1998), tradisi penyelidikan (Creswell, 1998), atau stategi penyelidikan (Creswell, 2003) merupakan prosedur yang dilakukan dalam melakukan penelitian. Di dalam studi kuantitatif, metodologi dapat berupa eksperimen atau survei. Di dalam studi kualitatif, metodologi dapat berupa penelitian naratif, fenomenologi, etnografi, grounded teori, atau case study. Sementara di metode mixed adalah prosedur sekuensial, konkuren, atau transformatif.

3. Metode Pengumpulan Data dan Analisis
Metode penelitian merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data penelitian. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: Metode penelitian kuantitatif: predetermined; instrument based question; performance data, attitude data, observational data, dan cencus data; statistical analysis.  Metode penelitian kualitatif: emerging method; open-ended question; interview data, observation data, document data, audio-visual data,; text & image analysis.  Metode penelitian mixed: predetermined & emerging; open & closed-ended question; multiple data drawing; statistical & text analysis. Klaim, strategi, dan metode yang digunakan di dalam penelitian akan menunjukkan bahwa suatu penelitian bersifat kuantitatif, kualitatif, atau mixed. Berikut disarikan:

Metode Kuantitatif.
Di dalam pendekatan kuantitatif, peneliti akan membuat klaim postpoitivist untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, menggunakan strategi eksperimen atau survei, dan mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang akan menghasilkan data statistik.

Metode Kualitatif. Peneliti membuat klaim constructivist. Strategi yang dilakukan adalah prosedur naratif, fenomenologi, etnografi, grounded theory, atau case study. Peneliti mengumpulkan data-data yang bersifat open-ended data.

Metode Mixed.
Peneliti membuat klaim pragmatic grounds (consequence oriented, problem-centered, pluralistic). Strategi yang digunakan adalah prosedur simultan atau sekuensial. Metode pengumpulan data baik informasi numerik maupun teks yang akan merepresentasikan informasi kuantitatif sekaligus kualitatif. Nah, bagaimana memilih sebuah pendekatan untuk penelitian yang hendak dilakukan. Creswell (2003) merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
Sesuaikan antara masalah dengan pendekatan
Dasarkan kepada pengalaman peneliti
Pertimbangkan pembaca atau audiens
Selain kerangka umum perencanaan riset, pertimbangan berikutnya adalah dilakukannya tinjauan pustaka (review of the literature) untuk mendapatkan topik riset yaitu topik yang bersifat researchable. Terakhir adalah strategi penulisan termasuk struktur dan format penulisannya.

Referensi:
Creswell, J.W. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches (ed. 2). Thousand Oaks, CA: Sage.