Sumber: http://sehatihsan.blogspot.com/2008/06/bagaimana-menyusun-proposal-penelitian.html
1. Pendahuluan
Salah satu kesulitan yang dialami mahasiswa baik S1 maupun pascasarjana yang hendak menyelesaikan pendidikannya adalah membuat karya akhir (dikenal dengan skripsi untuk S1 dan tesis untuk S2). Maka tidak heran kalau banyak mahasiswa yang mampu menyelesaikan mata kuliah tepat waktu (3,5 tahun) namun butuh waktu yang sama untuk menulis enam puluhan halaman dua spasi untuk skripsi atau tesis. Terlihat mereka stres dengan sulitnya menyusun karya ilmiah yang satu ini sehingga tidak jarang kalau ada di antara mahasiswa “nakal” yang mengupah membuat karya akhir kepada orang lain agar ia terbebas dari kesulitan tersebut.
Kesulitan melakukan penelitian bukan hanya pada praktik penelitian itu sendiri, namun dimulai sejak mengidentifikasi masalah penelitian dan membuat proposal penelitian yang baik. Dalam pergaulan sehari-hari sering terdengar ungkapan berikan saya satu topik penelitian. Hal ini terjadi karena begitu sulit bagi mereka untuk merumuskan masalah penelitian. Masalah penelitian dianggap menjadi beban besar dan berat sehingga membuat mereka tidak mampu melanjutkan ke tahapan perikutnya yakni menyusun proposal penelitian. Padahal, tanpa masalah penelitian, maka penelitian tidak akan pernah ada.
Dalam tulisan ini saya mencoba memaparkan secara ringkas bagaimana menyusun sebuah proposal penelitian. Proposal penelitian merupakan langkah awal dari tahapan panjang penelitian yang akan dilakukan mahasiswa dalam melakukan penelitian. Semua mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikannya pasti akan berhadapan dengan tahapan menyusun proposal penelitian. Proposal ini yang nantinya akan dinilai oleh sebuah tim dan akan direkomendasikan untuk dilakukan penelitian oleh mashaiswa yang bersangkutan. Dalam makalah ini saya akan masukkan beberapa tips (dari pengalaman selama ini) yang mudah-mudahan bisa diikuti oleh para mahasiswa dalam mendapatkan masalah dan lalu merumuskannya menjadi sebuah masalah penelitian. Dalam penelitian dikenal sebuah ungkapan, “proposal yang baik adalah setengah dari penelitian.” Semakin baik proposal Anda, maka penelitian yang akan Anda lakukan juga akan semakin mudah sehingga dapat selesai tepat waktu dan mendapatkan hasil sebagaimana Anda harapakan.
2. Untuk Apa Proposal?
Proposal penelitian merupakan sebuah paparan singkat mengenai rencana penelitian yang akan dilakukan. Karena itu tidak ada yang disebut dengan proposal benar atau proposal salah, yang ada hanya psoposal baik atau proposal kurang baik. Hal ini dinilai dari kelengkapan dan kejelasan gambaran yang diberikan oleh seorang calon peneliti terhadap objek masalah yang akan ditelitinya.
Selain paparan tersebut, sebuah proposal penelitian juga mampu menjawab pertanyaan; apa, siapa, kenapa dan bagaimana penelitian akan dilakukan. seorang peneliti hendaknya menjelaskan dalam proposalnya apa yang akan diteliti, siapa yang terlibat, kenapa hal tersebut diteliti (dan kenapa pula orang itu terlibat), dan bagaimana penelitian akan dilakukan. Dalam menjawab “bagaimana” ini, peneliti menjelaskannya dalam metodologi penelitian.
Proposal penelitian juga ingin menunjukkan bahwa masalah penelitian yang dikemukakan dalam proposal menarik untuk diteliti dan memberikan manfaat bagi dunia akademik dan kehidupan sosial masyarakat. Seorang peneliti harus mempu menunjukkan kalau penelitian tersebut tidak dilakukan maka akan ada kekurangan dan ketimpangan dalam konteks kebijakan dan dan kehidupan sosial yang lebih baik. Sebaliknya jika penelitan tersebut dilakukan, maka hasilnya akan memberikan kontribusi bagi berbagai pihak untuk menjadikan kehidupan manusia yang lebih baik.
Dalam proposal penelitian Anda juga mesti mampu menunjukkan bahwa Anda punya kompetensi untuk melakukan penelitian tersebut. Hal ini dapat Anda tunjukkan dengan penguasaan yang baik terhadap masalah dan tema penelitian. Dari paparan yang Anda berikan tunjukkan bahwa Anda akrab dengan tema dan topik penelitian yang akan Anda lakukan. Demikian juga literatur, teori dan bahan teoritis yang Anda gunakan semuanya dapat menunjukkan kalau Anda benar-benar memahaminya. Untuk itu tentu saja Anda harus benar-benar memahami apa yang akan Anda teliti sebelum benar-benar menyiapkan sebuah proposal.
Sebuah proposal penelitian juga hendak meyakinkan dosen penilai bahwa penelitian yang akan Anda lakukan telah disiapkan dengan baik. Segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian telah dilakukan. Anda sudah memilki pengetahuan dasar mengenai masalah penelitian, sudah mengetahui topik dan referensi yang harus Anda dapatkan dan di mana mendapatkannya, sudah memiliki hubungan dengan pihak yang dapat memberikan kemudahan dan akses informasi terhdap kesuksesan penelitian yang akan Anda lakukan.
3. Apa Saja Elemen Proposal?
Sebuah proposal penelitian terdiri dari beberapa bagian; judul, abstrak, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan lingkup penelitian , manfaat dan signifikansi penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, angaran, jadwal penelitian, afiliasi lembaga dan daftar pustaka. Namun elemen ini sering berubah sesuai dengan kebijakan dan aturan lembaga penyandang penelitian.
Secara struktur, elemen tersebut bisa berbeda antara lembaga penelitian yang ada, tergantungkebiasaan lembaga pendidikan setempat. Namun bagaimana pun strukturnya, elemen di atas tetap harus ada karenan itu penyengkut dengan inti pokok dan rancangan proses penelitian yang akan dilaksanakan. Hanya dengan itu maka proposal penelitian akan diterima dan rencana penelitian yang dilakukan akan dikabulkan.
4. Judul
Judul merupakan kalimat komunikasi pertama antara Anda dengan penilai proposal. Ia menjadi gerbang pertama seseorang menilai proposal penelitian yang Anda buat. Oleh sebab itu judul hendaknya dapat menggambarkan keseluruhan maksud penelitian yang akan Anda buat. Bukan hanya itu, judul juga harus menarik perhatian dan menggambarkan masalah penelitian, tempat, objek dan waktu penelitian yang Anda lakukan. Proposal akan berbicara sendiri dari judul yang Anda tawarkan. Oleh sebab itulah judul harus dibuat sedemikian rupa sehingga terkesan penelitian yang Anda lakukan menarik dan bermanfaat.
Sebuah Judul sebaiknya ringkas dan eksplisit (gamblang/tegas) yang terdiri dari sekitar 20 kata. Dalam judul terkandung tentang topik penelitian secara khusus sedang Anda lakukan. Selain itu judul secara umum mengemukakan tentang di mana dan kapan penelitian akan dilakukan. Hindari sebuah judul yang merupakan jawaban / konklusi dari penelitian yang sedang Anda lakukna. Misal: “Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam pembangunan masyarakat di Kecamatan Trumon.” Atau, “Pendidikan Agama adalah Tonggak Pendidikan Anak dalam Rumah Tangga.” Judul-judul seperti ini lebih merupakan kalimat konglkusi (kesimpulan) yang tidak menunjukkan masalah. Dalam judul tersebut juga tidak mencerminkan kapan, di mana, bagaimana penelitian akan dilakukan.
Judul harus menjelaskan pendekatan yang akan dipakai dalam penelitian. Dalam judul akan tergambar apakah Anda melakukan penelitian yang sifatya kualitatif atau kuantitatif, pakah penelitian Anda lapangan atau library research, apakah penelitian Anda suatu penelitian sejarah, pemikiran, tindakan kelas, survey, action reseach, deskriptif dan lain sebagainya. Hanya menggambarkan! Anda tidak perlu mengatakan dalam judul bahwa penelitian Anda adalah jenis peelitian tertentu. Itu ada di dalam proposal penelitian nantinya. Misalnya, “Metode Pendidikan Agama Bagi Anak Pra-Sekolah di Desa Ruak.” Dalam judul ini terkandung makna (1) penelitiannya adalah kualitatif; (2) penelitian lapangan; dan (3) deskriptif analisis. Ini semua terlihat dari judul yang diberikan.
Pun demikian, judul juga disesuaikan dengan jenis dan masalah penelitian yang Anda lakukan. Kalau penelitian Anda adalah penelitian sejarah, maka tulislah jangka waktunya. Misal: “Perjuangan Kemerdekaan di Palembang: Peran Abdul Gani dalam Pejuangan Kemerdekaan, 1963-1970.” Dalam penelitian yang tidak ada hubungannya dengan sejarah secara langsung, maka tidak perlu dibuat waktu dan tempat. Misal: “Kontekstualisasi Nilai-nilai Pendidikan Religi dalam Konsep Pendidikan Modern.” Penelitian seperti ini tidak berkaitan langsung dengan sejarah. Dengan demikian tidak perlu dikatakan tempat dan tahunnya.
5. Abstraks
Abstrak dalam proposal adalah paparang singkat mengenai penelitian yang akan Anda lakukan. Seorang penilai proposal mungkin tidak sempat membaca keseluruhan proposal penelitian yang Anda ajukan. Misalnya saat pengajuan proposal skripsi/tesis, mungkin seorang dosen (karna kesibukan atau kemalasan) hanya memiliki waktu satu jam untuk menilai 100 proposal. Oleh sebab itu Anda perlu membuat abstrak, paparan singkat yang menjelaskan penelitian yang akan Anda lakukan. Abstrak harus dibuat seringkas mungkin namun menjelaskan keseluruhan isi proposal penelitian yang akan Anda lakukan.
Sebuah abstrak mesti berisi pengantar singkat mengenai tujuan umum dari penelitian yang akan dilakukan. Pengantar umum ini dapat dibuat dalam satu atau dua kalimat. Kemudian dalam abstrak juga dideskripsikan tujuan khusus penelitian. Tujuan khusus ini secara langsung menunjukkan apa yang akan Anda jawab dari penelitian yang akan Anda lakukan (selengkapnya akan dibahas dalam bagian tujuan penelitian). Kedua tujuan ini dapat dibedakan dengan melihat kontribusi penelitian. Tujuan umum adalah manfaat uang dapat diperolah dalam konteks besar, sementara tujuan khusus adalah manfaat-manfaat temporer dan kecil yang akan diberikan oleh penelitian.
Dalam abstrak turut dijelaskan pula desain riset yang akan Anda lakukan. secara sederhana Anda kemukakan apa dan bagaimana penelitian yang akan Anda lakukan, data apa yang diperlukan, bagaimana data itu diperoleh dan siapa yang berhubungan dengan data tersebut, dan bagaimana Anda memperakukan data. Menyatakan signifikansi (kontribusi dan rasionalitasnya) penelitian yang akan Anda lakukan. Signifikansi penelian merupakan salah satu penentu apakah proposal Anda ditrima atau tidak. Untuk apa sebuah penelitian yang tidak bermanfaat? Anda hanya akan menghabiskan waktu saja, menghabiskan biaya dan merugikan umur untuk sesuatu yang tidak berguna. Maka dalam proposal hendaknya Anda kemukakan manfaat apa yang akan diberikan kalau penelitian Anda berhasil nantinya. Manfaat dalam hal ini bisa sesuatu yang praktis, bisa pula sesuatu yang berbentuk pengetahuan, saran dan lain sebagainya.
6. Latar belakang
Latar belakang adalah bagian paling awal dalam sebuah proposal penelitian. Bagian ini akan menjelaskan kenapa Anda melakukan penelitin mengenai satu masalah dan kenapa hal itu menjadi masalah yang harus dijawab dengan penelitian . Seseorang yang –seAndainya- membaca latar belakang penelitian Anda, maka ia juga akan mengatakan bahwa apa yang Anda kemukan tersebut layak diteliti.
Secara umum ada beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam mebuat latar belakang masalah:
1. Gambaran umum permasalahan
2. What is should be (teoritis) dan What it is (empiris, kemukakan data lapangan); kesenjangan diantara keduanya menunjukkan adanya permasalahan yang membutuhkan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis yaitu melalui penelitian
3. Apa yang dilakukan peneliti lain dan bagaimana posisi penelitian yang diusulkan diantara penelitian yang telah ada (konteks penelitian)
4. Mengapa peneliti tertarik meneliti topik tersebut?
5. Mengapa peneliti merasa penelitian tentang topik tersebut penting dilakukan; konsekuensi negatif seperti apa yang mungkin muncul jika permasalahan tersebut tidak diteliti?
Pendahuluan harus memuat sebuah konteks yang terjadi saat ini atau segera terjadi yang membutuhkan penjelasan. Dalam penelitian sosial keislaman, maka konteks bisa jadi sebuah realitas sosial atau sebuah pemikiran yang berkembang. Penelitian mengenai pemikiran Islam misalnya, konteks bisa dihubungkan dengan praktik keagamaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Dalam judul “Praktik Amal Jariah di Palembang Darussalam,” maka Anda perlu menggambarkan apa itu tarekat, kenapa ia berkembang dalam masyarakat Islam dan bagaimana praktik tersebut ada di dayah labuhan haji. Kemukakan sebuah unsur “unik” dalam latar belakang Anda sehingga nampak “amal jariah di Palembang Darussalam” berbeda dengan “amal jariah di daerah lain.”
Dalam sebuah latar belakang Anda juga perlu mengemukakan alasan Anda memilih topik tersebut. Kenapa Anda tertarik? Ketertarikan ini timbul dari “pertentangan umum” yang Anda munculkan dalam bagian itu. Kemukakan sebuah statemen independen yang mendukungnya. Katakan juga masalah secara umum, bisa berupa penjelasan yang belum lengkap mengenai kondisi atau sebuah salah faham mengenai suatu masalah (sosial atu filsafat). Kemudian berikan tanggapan peneliti mengani masalah tersebut, kemukakan kemungkinan solusi untuk masalah itu dan jalaskan kenapa penelitian itu dibutuhkan, rasional, penting dan relevan untuk konteks yang terjadi.
7. Rumusan Masalah
Merumuskan masalah merupakan aspek paling penting dalam sebuah penelitian. Tanpa masalah maka tidak ada penelitian. Tanpa masalah yang jelas, maka tidak akan lahir penelitian yang sempurna. Rumusan masalah penelitian akan menentukan apakah suatu hal memang menjadi objek peneliti an atau tidak. Rumusan masalah yang baik akanmenentukan apakah masalah itu adalah masalah penelitian atau bukan.
Masalah merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi, penyimpangan antara teori dengan praktik, penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, penyimpangan anatara rencana dengan pelaksanaan, dan penyimpangan antara pengalaman masa lalu dengan apa yang terjadi saat ini. Yang diharapkan keuntungan Rp 10 juta, yang diperoleh Rp 5 juta. Kenapa bida terjadi? Yang diharapkan iklim kerja yang kondusif, yang terjadi karyawan saling curiga. Apa faktor penyebabnya? Yang diharapkan terwujudnya masyarakat yang agamis, yang terjadi justru masyarakat yang hidup jauh dari nilai-nilai spiritualitas agama. Mengapa? Bagaimana solusinya? Demikianlah masalah.
Jadi masalah penelitian adalah kesenjangan antara apa yang semestinya dengan apa yang senyatanya. Untuk merumuskan masalah dapat ditempuh langkah berikut: (1) mengidentifikasi masalah; (2) menentukan variabel penelitian; (3) merumuskan masalah. Dalam perumusan masalah dapat ditempuah langkah: (1) pernyataan relasional antara teori dengan realitas; (2) Masalah penelitian bersifat konseptual; dan (3) kata dalam masalah penelitian sebaiknya berupa konsep-konsep (misal. Pendidikan-pra_sekolah-masyarakat-pedesaan) lalu konseptersebut dihubungkan.
Masalah penelitian berbentuk pernyataan. Pernyataan tersebut diturunkan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Seluruh pertanyaan penelitian mengacu pada masalah penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya. Pertanyaan penelitian mengacu pada sesuatu yang Anda tidak tahu/mengerti, namun merasa itu mesti dan perlu diketahui untuk menyelesaikan masalah yang telah Anda rumuskan sebelumnya. Sebagai acuan mungkin pertanyaan berikut ini bisa menjadi pedoman.
· Apa bagian khusus dari topik penelitian Anda dan apa pula konteks besarnya?
· Apa konteks sejarah topik penelitian Anda dan apa konteks besar sejarah keseluruhan dari penelitian Anda?
· Kategori apa yang akan Anda peroleh dari topik penelitian Anda dan kategori apapula yang telah ada sebelumnya?
· Apa kelebihan topik Anda dan untuk apa penelitian ini akan dimanfaatkan?
8. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian harus menginformasikan apa yang hendak Anda teliti, menjelaskan apa yang akan dipaparkan oleh penelitian Anda dan menjelaskan kenapa penjelasan tersebut penting dan bermanfaat. Tujuan merupakan alasan kenapa penelitian Anda lakukan, kenapa masalah perlu dipecahkan, kenap topik penelitian yang Anda pilih perlu dijelaskan. Singkatnya tujuan adalah apa yang hendak Anda capai/dapatkan dari penelitian yang Anda lakukan.
Selain tujuan umum di atas, sebuah penelitian juga dapat bertujuan untuk: Mengkaji (examine), mendeskripsikan (describe), atau menjelaskan (explain) suatu fenomena unik; meluaskan generalisasi suatu temuan tertentu; menguji validitas suatu teori; menutup kesenjangan antar teori (penjelasan, explanasions) yang ada; memberikan penjelasan terhadap bukti-bukti yang bertentangan; memperbaiki metodologi yang keliru; memperbaiki interpretasi yang keliru; mengatasi kesulitan dalam praktek; memperbarui informasi, mengembangkan bukti longitudinal (dari masa ke masa).
Perlu diingat bahwa tujuan adalah hasil akhir, bukan proses (penelitian). Ada orang merumuskan tujuan penelitiannya dengan kalimat seperti ini (misal): “untuk mewawancarai anak didik mengenai kesulitan yang mereka hadapi dalam menhafal surat-surat pendek.” Kata mewawancarai adalah kata proses. Kita mewawancarai untuk apa? Untuk mengetahui atau mengidentifikasi. Maka dalam rumusan tujuan penelitian kita sebutkan: “untuk mengetahui berbagai kesulitan anak didik dalam menghafal surat-surat pendek.”
Dalam kajian yang sidatnya kajian dokumen atau telaah pemikiran, maka tujuan dirumuskan berhubungan dengan kontruksi akhir yang ingin dicapai oelh peneliti. Misalnya penelitian mengenai “Konsep Pendidikan Anak dalam Pandangan Ki Hajar Dewantara” Maka rumusan masalahnya bukan: “merumuskan konsep pendidikan anak menurut Ki Hajar Dewantara,” yang lebih baik: “terumusnya, atau terkonstruksinya, konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara secara sistematis, kritis dan aplikatif.” Yang kita inginkan adalah hasil akhir, bukan proses.
9. Signifikansi, Kontribusi Atau Manfaat
Terkadang orang menyamakan antara tujuan dengan kontribusi. Pada penelitian yang sifatnya sederhana, maka ini bisa dimaklumi. Namun dalam penelitian skripsi atau tesis, maka tujuan sebaiknya dipisahkan dengan manfaat. Tujuan mengacu pada konsep baru yang kita temukan atau tawarkan sebagai hasil dari penyelesaian masalah penelitian yang kita lakukan. sementara signifikansis, atau kontribusi atau sering juga disebut dengan manfaat penelitian lebih pada untuk apa hasil penelitian tersebut. Ringkasnya, Anda punya hasil penelitian ‘A’. dalam konteks “manfaat penelitian,” maka yang perlu dipertanyaakan adalah: Untuk apa A? apa gunanya? Apa pengaruhnya? Bagaimana di dimanfaatkan? Dan lain sebagainya.
Dalam melihat masalah kontribusi, maka setidaknya menjawab pertanyaan:
Apa yang akan kita pelajari sebagai sebuah hasil proposal yang sekarang kita belum tahu? Gambarkan kira-kira apa yang akan Anda rumuskan dari hasil penelitian ini nanti. Gambaran dibuat berdasarkan masalah dan pertanyaan penlitian yang Anda ajukan. Hasil apa yang diharapkan sebagai kontribusi dari penelitian ini dan dalam bentuk apa? teori atau solusi prakstis? Anda bisa juga mengemukakan fifat akhir dari hasil yang akan Anda temukan dari model penelitian Anda. Apakah hasilnya sesuatu yang sifatnya teoritis (artinya hanya bermanfaat sebagai pengetahuan saja) atau manfaat praktis sehingga setiap orang yang berkepantingan dapat memanfaatkannya. Hasil teoritis misalnya penelitian yang bersifat konseptual, misal: “Sifat Subjek Didik Menurut Adat Palembang,” “Pendidikan Moral dalam Pandangan Sutan Takdir Alisyabana,” Hasil dari penelitian ini masih berupa bahan “mentah” yang masih perlu pengolahan hingga bisa pakai. Sementara hasil penelitian praktis misalnya: “Metode Beribadah bagi Anak Usia Dini,” “Teknik Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Agama Berbasis Kompetensi,” Hasil penelitian ini akan berupa langkah yang dapat diimplementasikan langsung di lapangan. Siapa yang akan diuntungkan dengan hasil penelitian ini? Dalam kontribusi Anda juga bisa katakan siapa yang akan memanfaatkan hasil penelitian Anda, apakah guru, kepala sekolah, pemerintah, dll. Kalau hasil penelitian Anda bersifat teoritis, maka itu berarti ia akan bermanfaat bagi siapa saja sebagai pengetahuan. Namun kalau sifatnya praktis berarti ia bermanfaat bagi kalangan tertentu yang berkaitan. Kalau model pembelajaran berarti bermanfaat untuk guru, model belajar bermanfaat untuk siswa, administrasi sekolah, berguna untuk kepala sekolah dan pengambil kebijakan lainnya. 10. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah proposal penelitian. Tinjauan pustaka bertujuan, pertama, menjustifikasi bahwa penelitian yang akan Anda lakukan belum pernah dilakukan orang lain. Kedua penelitian yang akan Anda lakukan memiliki sejarah pengetahuan yang luas dan menjadi salah satu penelitian menarik di kalangan peneliti. Ini dibuktikan dengan banyaknya peneliti mengkaji topik sejenis.
Sebuah kajian kepustakaan menjelaskan mengani apa saja yang telah pernah diteliliti oleh ahli yang lain sebelumnya mengenai topik yang akan Anda teliti. Karenanya dalam bagian ini Anda mesti memaparkan hasil penelitian tersebut dan apa yang membedakan hasil tersebut dengan penelitian yang akan Anda lakukan. Ini mesti dijelaskan agar apa yang Anda lakukan bukanlah sebuah pengulangan dari penelitian yang pernah ada. Pengulangan penelitian pada hal yang sama tidak dapat memberikan konstribusi apapun dalam dunia keilmuan. Dan akirnya penelitian Anda lebih merupakan saduran/jiplakan daripada sebuah ide orisinalitas Anda sendiri.
Selain itu dalam sebuah studi kepustakaan Anda juga masti menunjukkan apa yang dapat dipertentangkan dari literatur yang telah ada. Masing-masing peneliti memiliki pAndangan yang berbeda dalam masalah tertentu. Kemukakan perbedaan mereka dan telusuri kenapa terjadi perbedaan tersebut. Dengan demikian maka akan nampak kalau Anda menguasai topik penelitian yang Anda lakukan dan mengetahui pula diskursus para ahli dalam topik tersebut.
Dalam kajian kepustakaan setidaknya kita menjawab dua pertanyaan:
· Apakah ada ruang yang hendak diisi dengan riset yang akan Anda lakukan? Bagian mana yang masih “kosong” dapri penelitian yang pernah dilakukan orang? (Bagian tersebut bisa berupa ide, perspektif, masa, tempat, tahun dan lain sebagainya.
· Bagaimana posisi penelitian Anda di antara penelitian yang telah dilakukan sbeleumnya? (kemukakan di mana posisi penelitian Anda, pada bagian mana yang Anda hendak isi, kekurangan mana yang akan Anda perbaiki, memperkaya dll)
Selain sebagai menunjukkan posisi dan penguasaan Anda terhadap topik penelitian yang hendak Anda lakukan, maka ada pula beberapa manfaat lain kalau kajian kepustakaan Anda buat dengan bail, di antaranya.
Untuk mempelajari sejarah permasalahan penelitian (sehingga dapat ditunjukkan bahwa permasalahan tersebut belum pernah diteliti atau bila sudah pernah, teori yang ada belum mantap); Untuk membantu pemilihan cara penelitian (dengan belajar dari pengalaman penelitian sebelumnya). Dalam setiap penelitian yang pernah dilakukan pasti ada metode yang digunakan. Anda dapat menggunakan metode yang sama, atau menggunakan yang berbeda dengan pertimbangan rasional. Untuk memahami kerangka atau latar belakang teoritis dari permasalahan yang diteliti (hasil pemahaman tersebut dituliskan tersendiri sebagai “Landasan Teori”); Untuk memahami kelebihan atau kekurangan studi-studi terdahulu (tidak semua penelitian menghasilkan temuan yang mantap); Untuk menghindarkan duplikasi yang tidak perlu (hasil fungsi ini dituliskan sebagai “Keaslian penelitian”). Namun perlu diingat ”keaslian” bukan berarti tidak ada sama sekali yang menulis mengenai topik Anda, setidaknya dalam hal-hal yang sifatnya umum atau bagian lain yang memiliki relevansi dengan penelitian Anda. Untuk memberi penalaran atau alasan pemilihan permasalahan (hasil fungsi ini dituliskan sebagai “latar belakang”). 11. Landasan Teori
Landasan teoritis adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam sebuah proposal penelitian. Dalam proposal teori menunjukkan pertama, penguasaan Anda terhadap diskursus pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian yang akan Anda lakukan; kedua, dasar yang akan Anda gunakan dalam melakukan penelitian nantinya sehingga penelitian Anda terfokus ditak menjalar kemana-mana. Bisa saja Anda melakukan penelitian tanpa teori, namun ini adalah wujud kesombongan karena kita tidak mengakui adanya hasil penelitian terdahulu yang sudah mapan dan dapat digunakan sebagai pisau analisis penelitian berikutnya.
Teori dapat dipandang sebagai:
- Sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat konstan dan dapat diramalkan sebelumnya.
- Merupakan rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh kemudian dirumuskan suatu konsep yang teoritis (induktif).
- Suatu cara menerangkan fenomena yang menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis.
Teori pada hakikatnya adalah kumpulan statemen yang sistematis yang bertujuan menjelaskan beberapa aspek yang berkaitan dengan topik penelitian. Teori dapat juga diartikan dengan penjelasan sistematis sebagai sebuah pengamatan yang berhubungan dengan bagian dari topik penelitian yang akan Anda lakukan. Tori berupa generalisasi-generalisasi yang telah diterima secara umum dalam dunia akademik yang diperolah dari hasil penelitian empirik sebelumnya. Dengan demikian, teori dapat saja berlaku general (keseluruhan tempat dan waktu) atau terbantah dalam tempat dan masa tertentu.
Untuk membuat sebuah proposal penelitian, maka Anda mesti membaca literatur yang berkaita dengan topik penelitian Anda untuk menemukan metodenya. Teori harus secara langsung dapat menjelaskan topik enelitian Anda baik secara general maupun secara parsial. Ini nantinya akan menjadi dasar bagi Anda dalamm mengenalisis dan memahami fenomena yang berkembang dalam penelitian yang akan Anda lakukan.
Beberapa contoh dapat saya kemukakan di sini sebagai berikut. Dalam penelitian lapangan mengenai “Prakatik Perlindungan Anak dalam Budaya Ogan Komering Ilir,” maka teori yang digunakan adalah konvensi perlindungan anak PBB dan Undang-undang Perlindungan Anak di Indonesia. Anda juga dapat menggunakan teori anak dalam adat Sumatera Selatan. Penelitian mengenai Pemikiran Politik Praktis Soekarno, Anda bisa gunakan teori-teori politik yang sudah ada. Kalau arah pemikiran Soekarno mengarah pada demokrasi, maka Anda bisa pakai teori demokrasi, kalau teokrasi, maka Anda bisa gunakan teori teokrasi. Dalam penelitian Pengaruh Televisi terhadap Prestasi Anak Didik, Anda dapat gunakan teori pengaruh lingkungan dalam pendidikan, dan lain-lain.
Singkatnya, teori yang digunakan dalam sebuah penelitian dihubungkan dengan dasar umum dari topik penelitian yang Anda lakukan, bukan bagiannya. Jadi kalau judul penelitian: “Pemikiran Pendidikan Modern di Indonesia, maka teorinya adalah teori-teori pendidikan modern, bukan teori tentang Indonesia sebagai sebuah negara.
12. Definisi Operasional
Tidak semua penelitian membutuhkan definisi operasional. Definisi operasional dapat dibuat di latarbelakang atau di bagian lain dalam proposal. Namun beberapa kampus mewajibkan adanya sub bab definisi operasional secara khusus dalam proposal dan bab pertama laporan penelitian (skripsi/tesis). Sebagai sub bab, ia terpisah dari bagian lain dalam proposal.
Definisi operasional adalah penjelasan mengenai unsur-unsur, baik kata atau frase yang ada dalam judul penelitian yang akan Anda lakukan. Dalam penjelasan ini, maka Anda dituntut menjelaskan unsur tersebut sejelas-jelasnya, dari sisi teoritis yang sudah berkembang dan –yang paling penting- adalah apa yang Anda fahami atau Anda ikuti. Dengan demikian seorang pembaca mengenai penelitian yang Anda lakukan akan mengerti dan memahami konteks dan ruang lingkup penelitian Anda.
Dalam penelitian mengenai “Partisispasi Masyarakat dalam Memajukan Lembaga Pendidikan di Desa Terpencil” maka beberapa aspek yang perlu Anda jelaskan adalah: Partisipasi Masyarakat, Lembaga Pendidikan, dan Desa Terpencil. Anda perlu jelaskan apa yang Anda maksud dengan partisipasi masyarakat. Kalau dia hanya mengantarkan anaknya ke sekolah, pakah itu termasuk partisipasi? Bukankan tanpa ”mengantarkan anaknya” ke sekolah, sebuah sekolah tidak akan berlangsung? Atau tindakan itu bukan bagian dari prtisipasi karena itu memang hal yang lumrah dan tindakan normal. Inilah yang perlu Anda jelaskan sehingga pembaca memahami partisipasi yang Anda maksudkan. Demikian juga dengan Desa Terpencil. Apa yang diaksud daerah terpencil? Apa ukurannya? Jauh dari kota atau fasilitas? Atau ekonomi penduduk? Atau apa? Ini semua terserah Anda. Anda menentukan sendiri pemahaman yang mau Anda bangun mengenai penelitian yang akan Anda lakukan. Tentunya berdasarkan teori atau pemahaman yang berkembang sebelumnya. Anda tidak boleh mengembangkan pemehaman sendiri yang jauh melenceng dari apa yang sudah berkembang.
13. Metode penelitian
Seperti telah saya katakan di atas bahwa aproposal adalah cara Anda untuk meyakinkan tim penyeleksi bahwa Anda mampu melakukan penelitian itu, menguasai topiknya, mengenal lapangan dan wacana yang berkembang dalam kontkes enelitian yang Anda lakukan. Nah, salah satu hal yang penting di sini adalah menunjukkan kepada mereka metode apa yang Anda pakai dalam melaksanakan penelitian nantinya. Metode berkaitan dengan pendekatan, lokasi, data dan analisis. Dalam metode semua yang berkaitan dengan langkah yang akan Anda ambil untuk penelitian disebutkan dengan jelas, sistematis dan kongkrit.
Yang paling umum dibuat dalam proposal penelitian yang berkaian dengan metode adalah jenis penelitian. Meskipun jenis penelitian bisa kita lihat dari judul dan pendahuluan, namun di bagian ini Anda kemukakan dengan tagas jenis penelitian Anda, apakah kualitatif atau kuantitatif, atau lainnya. Bukan hanya menyebutkan, namun Anda juga menjelaskan sedikit (satu datau dua kalimat) kenapa jenis penelitian tersebut yang Anda buat dan apa releansinya dengan topik penelitian yang Anda pilih.
Dalam bagian ini juga Anda kemukakan fokus penelitian dan atau lokasi penelitian. Kalau Anda meneliti sesuatu yang sifatnya teoritik, maka sebaiknya kemukakan fokus Anda, yang spesifik dan menjurus. Misalnya: “Konsep dan Pemikiran Muhammad Abduh,” di sini Anda perlu jelaskan, konsep dia dalam hal apa? Pemikiran dalam bidang apa? SeAndainya data yang mendukung cukup, maka semakin spesifik semakin baik. Sementara dalam kaitannya dengan penelitian lapangan, maka sebaiknya Anda kemuakan spesifiknya dan lokasi. Misalnya, “Budaya dan Tanggung Jawab Pendidikan: Pengjaran Agama bagi Anak Usia Dini di Campang Tiga Ogan Komering Ulu.” Dalam hal ini maka Anda jalaskan bahwa pengajaran yang Anda teliti adalah pengajaran agama, objeknya anak usia dini (anak pra sekolah) dan di desa Campang Tiga Ogan Komering Ulu. Jadi pembaca langsung jelas dengan fokus dan objek yang akan Anda teliti.
Anda juga perlu jelaskan dari mana sumber data penelitian dan bagaimana Anda akan memperoleh data tersebut. Dalam penelitian teoritis pasti data diperoleh dari studi litaratur dan –bisa juga wawancara- dengan tokoh yang berkompeten. Misalnya Anda katakan: “Untuk kepentingan penelitian ini, data akan diperoleh dari buku, jurnal, hasil penelitian dan sumber rujukan lain yang relevan.” Selain itu Anda juga dapat katakan kalau data penelitian juga diperoleh dari transkrip ceramah/khotbah atau naskah lain yang kemungkinan membahasa topik penelitian yang sedang Anda lakukan. Sementara penelitian lapangan jelas kalau data bersumber dari lapangan. Data lapangan juga beragam, bisa dokumentasi, foto, cerita, pandnagan umum, pendapat dll dari masyarakat setempat.
Selain itu Anda perlu kemukakan juga (dan ini sangat penting) bagaimana data Anda peroleh. Dalam hal ini Anda perlu jelaskan kepada penilai cara dan langkah yang akan Anda tempuh sehingga data yang Anda butuhkan untuk penelitian tersebut akan terkumpulkan. Untuk penelitian literatur, maka Anda kemukakan bagaimana Anda memperoleh data yang Anda butuhkan dan di mana. Misalnya Anda melakukan penelitian filologi, maka Anda perlu jelaskan di mana saja naskah akan Anda ambil, bagaimana kondisinya, apa perbedaan antar naskah. Kalau Anda melakukan penelitian politik, Anda perlu kemukakan siapa (jabatan/kedudukan) yang akan Anda wawancarai, di mana, bagaimana Anda bisa berjumpa, dan lain sebagainya. Semakin jelas semakin baik. Tentu saja Anda perlu jelaskan ringkas, padat, dan jelas.
Dalam metode penelitian, perlu juga dijelaskan alat dan metode mengolah data. Beberapa data kuantitatif mungkin adan perlu katakan rumus mana yang Anda pakai, pendekatan apa? Program komputer apa? Berapa stAndar errornya? Dan lain sebaginya. Dalam data kualitatif Anda perlu menjelaskan pendekatan apa yang Anda pakai dalam mengenalisisnya? Teosi siapa tentang apa yang Anda gunakan? Dan lain sebagainya yang diperlukan. Namun demikian ini adalah sebuah kesempurnaan. Pada hakikatnya metodologi hanyalah cara Anda melakukan penelitian. Anda perlu jelaskan kepada pembaca bagaimana penelitian dari A-Z akan Anda lakukan.
14. Daftar Pustaka
Daftar pustaka pada dasarnya adalah daftar buku-buku yang dipakai oleh peneliti dalam penulisan penelitiannya. Daftar pustaka diletakkan di bagian akir laporan penelitian, ditulis dengan sistem tertentu dan aturan yang baku. Dalam proposal penelitian, maka daftar pustaka merupakan referensi yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Referensi berasal dari penelitian sebelumnya mengenai topik yang sama atau referensi lain yang relevan dengan topik penelitian yang sedang dilakukan. Dalam proposal penelitian, referensi bertujuan menunjukkan kesiapan peneliti dalam topik penelitian yang akan dilakukan dan ketersediaan sumber kajian mengenai topik yang berkaitan. Perlu diingat bahwa bagi peneliti pemula sangat “terkesan sombong” kalau melakuakn sebuah penelitian “pure reseach” yang sama sekali tidak berkaitan dengan penelitian yang pernah dilakukan para ahli. Karena itu semakin banyak buku yang ada dalam daftar pusataka (tentu saja yang relevan) maka semakin menunjukkan kesiapan Anda melakukan penelitian.
Ada beberapa metode penyusunan daftar pusataka. Yang lumrah di IAIN Ar-Raniry adalah: nama pengarang, judul buku, Kota: Penerbit, tahun terbit.
Contoh:
Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2006.
Ali, Muhammad. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru, 1987.
Nama pengarang tidak perlu dibalik, kecuali nama pengarang dari Barat. Dalam tradisi penamaan kita di Indonesia, maka nama seseorang adalah nama aslinya dan tidak ada nama keluarga. Seseorang yang menaruh nama orang tuanya di belakang nama, bukan nama keluarga, namun nama bapak. Nama bapak berbeda dengan nama keluarga. Nama keluarga dapat disamakan dengan nama marga. Jadi, apakah nama seseorang yang memiliki marga harus dibalik? (misalnya Harun Nasution ditulis dengan Nasution, Harun?) Itu terserah pada mahasiswa. Namun untuk menghindari kerumitan dan kesulitan, sebaiknya tidak usah. Tulislam nama pengarang apa adanya, tanpa titel akademik (Drs., Dr., M.A., Ph.D., M.B.A., dll.) dan embel-embel sosial (teungku, Syeh, Haji, Kiai, dll.).
15. Afiliasi Lembaga
Afiliasi adalah usaha Anda untuk menunjukkan keseriusan kepada penguji, pembaca bahwa Anda telah melakukan kerja sama dan kontak dengan pihak yang memiliki wewenang dan kompetensi dalam menjawab atau menyelesaikan masalah Anda. Dalam afiliasi Anda mengemukakan bahwa penelitian yang akan Anda lakukan memiliki sumber dana yang jelas dan dapat diakses.
16. Penutup
Akirnya, membuat proposal penelitian bukanlah persoalan pintar atau bodoh, namun lebih pada mau atau tidak. Membuat proposal penelitian hampir sama dengan membuat kue. Ketika bahan-bahan sudah siap, tekniknya sudah ada dan tertulis lengkap, langsung bisa praktek. Namun diperlukan sentuhan-sentuhan khusus agar kue menjadi enak dan sedap dipandang mata. Demikian halnya dengan membuat proposal penelitian. Selain adanya petunjuk berupa bacaan dan bimbingan dari guru, diperlukan usaha dan sentuhan “rasa” sendiri dari peneliti sehingga proposal penelitian benar-benar indah dan “sempurna.” Sentuhan “rasa” sangat dipengaruhi oleh semangat, keingintahuan, dan rasa percaya diri dari peneliti. Betapa banyak orang yang di dalam kelas nampak “cerdas” namun tidak sanggup menyelesaikan pendidikan tepat waktu. Karenanya diperlukan keseriusan dan ketekunan hingga proposal dapat dibuat dengan sebaiknya sehingga dapat diterima untuk dilaksanakan penelitiannya.
Selamat mencoba!
NB. Kalau Anda merasa terbantu dengan tulisan ini, atau mau berdiskusi, atau memberikan masukan, kritik, silakan kirimkan email ke: sehatihsan@yahoo.com
Apa Saja yang Perlu Dipikirkan dalam Menyusun Proposal Penelitian
Pangesti Wiedarti (sumber: milis beasiswa)
Tidak terlalu perlu membedakan terlalu rigid antara penulisan proposal penelitian bagi skripsi atau tesis. Pembedanya hanya pada variabel penelitian saja. Untuk melihat perbedaaannya, milister bisa melihat di FILES mil st, dulu pernah di-upload di sana, mohon dicari nama saya untuk tahu perbedaan
esensial bagi perbedaan skripsi dan tesis S2 atau S3. FYI, bagi mhs Indonesia, disertasi yang di Indonesia disebut sebagai karya tulis mhs S3, di LN pada umumnya disebut tesis saja, doctorate tesis atau Ph.D tesis. Tapi langkah yang ditempuh mirip saja. Misalnya dengan sistematika: judul, latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, kerangka teori, cara penelitian, jadwal penelitian, rencana anggaran penelitian, daftar pustaka.
Dari sekian subjudul, biasanya mahasiswa lupa atau kurang memberi tekanan pada LATAR BELAKANG MASALAH, apa yg membuat penelitian yang dia ajukan perlu dilakukan? Tanpa alasan kuat, pembimbing tidak akan menerima begitu saja. Jadi buat latar belakang ringkas yang menyakinkan penelitain perlu dilakukan. Ada baiknya retorika dibuat langsung. Dulu, di jurusan saya mengajar, latar belakang cenderung ke sana kemari, misalnya "Bahasa adalah alat komunikasi ... dst ... bercerita tentang peran bahasa). Berikutnya, saya gencar menggarahkan ke retorika langsung, yaitu bersinggungan dengan permasalahan pokok, misalnya "Skripsi ini membahas tindak tutur dalam wacana iklan ... dengan alasan: pertama, ... Kedua, .... Hampir semua setuju dengan retorika langsung ini.
Dengan cara pendekatan langsung demikian, pembaca akan tahu digiring ke mana. Pembaca tak perlu membaca 1-2 lembar sampai kepada kalimat terakhir dari bagian pengantar tentang perlunya penelitian dilakukan. Jika pembaca skirpsi/tesis sudah dipandu di awal, akan memudahkan pembaca untuk konsentrasi dan mudah mengikuti ide penulis.
Dalam kerangka teori, sering mahasiswa menulis deskriptif saja, padahal mestinya analitikal-argumentatif. Mereka juga kadang lupa bahwa judul yang mereka pilih untuk diteliti merupakan TESIS STATEMENT MEREKA, jadi sesungguhnya posisi mhs sebagai pencetus tesis statement ini lebih sentral. References yang dirujuk merupakan pendukung tesis statement mhs. Keterkaitan references, hasil penelitian dan pemikiran mahasiswa ini harus dikemas sedemikian rupa sebagai suatu sintesis yang solid dan logic dalam membentuk theoretical framework untuk menganalisis fenomena
yang akan diteliti.
Cara penelitian akan berbeda dari satu bidang ilmu ke bidang ilmu lainnya. Ini akan berpengaruh pada manfaat penelitian juga. Misalnya, pada penelitain umumnya, ada 2 manfaat penelitian, teoretis dan praktis. Tetapi dalam penelitian classroom action research, hanya pengalaman praktis yang diperoleh. Penelitian ini berguna bagi peningkatan kualitas proses belajar-mengajar di kelas, banyak dilakukan para dosen dan guru. Jika Anda ingin tahu tentang (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas, silakan kunjungi homepage http://dikti.org pada site Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, dan cari PTK atau CAR. Dosen dan guru perlu melakukan penelitian demikian ini untuk meningkatkan kualitas hasil belajar dari waktu ke waktu. Jadi manfaat penelitian lebih ke menfaat praktis daripada teoretis. FYI, penelitian PTK ini saya ajukan sebagai kegiatan wajib para guru dalam pembinaan program SQIP= School Quality Improvement Program, hasilnya diterbitkan dalam SQIP Journal yang saya ajukan juga dalam kegiatan SQIP 5 tahun ke depan. Dalam gambaran ideal saya, guru harus meneliti di kelasnya dan menulisnya agar pengajarannya berkembang dan kualitas hasil belajar siswa bisa meningkat. Guru pun harus rajin menulis dalam bentuk artikel hasil penelitian di kelas mereka.
Akan sangat baik jika PTK dilakukan dosen dan guru terus-menerus agar dirinya selalu melakukan pembaruan strategi proses belajar-mengajar, pun tidak bosen jika ada strategi yang dikembangakn pada tiap semester bagi tujuan peningkatan hasil pembelajaran. Hasilnya bisa ditulis sebagai artikel dan diterbitkan.
Sekian dulu, sampai jumpa di bagian C: Mengelola hubungan dengan dosen pembimbing.
Bagi yang punya ide berkaitan dengan topik di atas, silakan saja menambah atau berkomentar.
Salam,
Pertimbangan Awal untuk Menyusun Proposal Penelitian
Untuk mempersiapkan proposal dan merencanakan penelitian (riset) misalnya tesis atau disertasi, seorang peneliti perlu mengacu kepada kerangka umum (framework) perancangan riset yang memberikan panduan mengenai semua hal yang berhubungan dengan studi yang hendak dilakukan; mulai dari pencarian ide sampai dengan prosedur pengumpulan data berikut analisisnya.
Di dalam bukunya, Creswell (2003) membagi kerangka umum perancangan penelitian ke dalam tiga pendekatan, yaitu i) metode kuantitatif, ii) metode kualitatif, dan iii) metode mixed. Untuk merancang suatu riset, peneliti perlu mempertimbangkan beberapa pertanyaan sebagai berikut: Klaim (ilmu pengetahuan) apa yang hendak dibuat?
Prosedur atau metodologi penelitian apa yang hendak dipergunakan?
Metode pengumpulan data dan analisis apa yang hendak dipergunakan?
1. Klaim Ilmu Pengetahuan
Di dalam proses penelitian, seorang peneliti akan memulainya dengan membuat asumsi “how they will learn” dan “what they will learn”. Klaim-klaim ini sering disebut sebagai paradigma (Lincoln & Guba, 2000; Mertens, 1998), atau asumsi filosofis, epistemologi, dan ontologi (Crotty, 1998), atau metode penelitian (Neuman, 2000). Secara filosofis, peneliti akan membuat klaim mengenai “what is knowledge (ontology)”, “how we know it (epistemology)”, “what values go into it (axiology)”, “how we write about it Beberapa tipe klaim adalah postpositivism, constructivism, advocacy/participatory, dan pragmatism.
2. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian (Mertens, 1998), tradisi penyelidikan (Creswell, 1998), atau stategi penyelidikan (Creswell, 2003) merupakan prosedur yang dilakukan dalam melakukan penelitian. Di dalam studi kuantitatif, metodologi dapat berupa eksperimen atau survei. Di dalam studi kualitatif, metodologi dapat berupa penelitian naratif, fenomenologi, etnografi, grounded teori, atau case study. Sementara di metode mixed adalah prosedur sekuensial, konkuren, atau transformatif.
3. Metode Pengumpulan Data dan Analisis
Metode penelitian merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data penelitian. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: Metode penelitian kuantitatif: predetermined; instrument based question; performance data, attitude data, observational data, dan cencus data; statistical analysis. Metode penelitian kualitatif: emerging method; open-ended question; interview data, observation data, document data, audio-visual data,; text & image analysis. Metode penelitian mixed: predetermined & emerging; open & closed-ended question; multiple data drawing; statistical & text analysis. Klaim, strategi, dan metode yang digunakan di dalam penelitian akan menunjukkan bahwa suatu penelitian bersifat kuantitatif, kualitatif, atau mixed. Berikut disarikan:
Metode Kuantitatif.
Di dalam pendekatan kuantitatif, peneliti akan membuat klaim postpoitivist untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, menggunakan strategi eksperimen atau survei, dan mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang akan menghasilkan data statistik.
Metode Kualitatif. Peneliti membuat klaim constructivist. Strategi yang dilakukan adalah prosedur naratif, fenomenologi, etnografi, grounded theory, atau case study. Peneliti mengumpulkan data-data yang bersifat open-ended data.
Metode Mixed.
Peneliti membuat klaim pragmatic grounds (consequence oriented, problem-centered, pluralistic). Strategi yang digunakan adalah prosedur simultan atau sekuensial. Metode pengumpulan data baik informasi numerik maupun teks yang akan merepresentasikan informasi kuantitatif sekaligus kualitatif. Nah, bagaimana memilih sebuah pendekatan untuk penelitian yang hendak dilakukan. Creswell (2003) merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
Sesuaikan antara masalah dengan pendekatan
Dasarkan kepada pengalaman peneliti
Pertimbangkan pembaca atau audiens
Selain kerangka umum perencanaan riset, pertimbangan berikutnya adalah dilakukannya tinjauan pustaka (review of the literature) untuk mendapatkan topik riset yaitu topik yang bersifat researchable. Terakhir adalah strategi penulisan termasuk struktur dan format penulisannya.
Referensi:
Creswell, J.W. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches (ed. 2). Thousand Oaks, CA: Sage.